
Saat Varian Omicron Beranak: Kini Sudah Punya 'Cucu'

Jakarta, CNBCÂ Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk kesekian kalinya membawa kabar kurang sedap mengenai kemunculan varian baru Covid-19. Kini muncul BA.3, subvarian baru dari virus corona varian Omicron.
Ini terungkap saat Pimpinan Teknis WHO untuk Covid-19 Maria van Kerkhove, memaparkan ada kesamaan dalam hal keparahan antara subvarian BA.2 dan BA.1. Ia menambahkan bahwa di antara semua silsilah Omicron ada juga silsilah BA.3.
"Yang paling menonjol, yang telah terdeteksi di seluruh dunia adalah BA.1, BA.1.1 dan BA.2. Ada juga BA.3 dan sub silsilah lainnya," kata Van Kerkhove.
Kemunculan varian Omicron memang menjadi penyebab angka kasus Covid-19 di berbagai belahan dunia meningkat tajam. Varian tersebut pertama kali ditemukan di Afrika Selatan.
Di Indonesia, varian ini telah menyebabkan lonjakan kasus yang cukup signifikkan. Angka kasus harian Indonesia yang awalnya sempat berada di ratusan, kini kembali meningkat hingga puluhan ribu.
Pada pekan lalu, Kementerian Kesehatan Indonesia juga melaporkan kasus Covid-19 varian Omicron, utamanya subvarian BA.2 terus bertambah. Subvarian ini kerap disebut 'Siluman' dari virus tersebut.
Berdasarkan catatan Otoritas, Jumat (4/3/2022), kasus 'Omicron Siluman' yang berhasil diidentifikasi oleh pemerintah kini mencapai 332 kasus, dari sebelumnya hanya 252 kasus.
Selama ini, memang ada kekhawatiran varian ini dapat memicu gejala lebih berat dibandingkan strain aslinya. Namun, penelitian awal pemerintah menunjukkan belum ada gejala ke arah sana.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) beberapa waktu lalu membeberkan risiko reinfeksi virus Omicron BA.2, terutama pada orang yang pernah terpapar dengan Omicron versi pertama alias BA.1.
Maria Van Kerkhove, ahli epidemiologi dan pimpinan teknis WHO untuk Covid-19 mengatakan tidak ada negara yang menunjukkan kembalinya peningkatan kasus baru setelah gelombang ketiga akibat Omicron.
"Jika ada peningkatan kasus, itu artinya ada kemungkinan infeksi ulang akan terjadi. Dan karena kami tidak melihat itu, maka itu pertanda baik," kata Kerkhove dalam konferensi pers.
Seiring penelitian yang kini masih berlangsung, data awal studi menyebut infeksi Omicron BA.1 bisa memberikan perlindungan yang kuat dari risiko infeksi ulang akibat Omicron BA.2. Setidaknya, untuk periode waktu yang terbatas.
"WHO akan terus memantau dengan cermat garis keturunan BA.2 sebagai bagian dari Omicron dan meminta negara-negara untuk terus waspada, untuk memantau dan melaporkan urutannya, serta melakukan analisis independen dan komparatif dari subgaris keturunan Omicron yang berbeda," ujar WHO dalam pernyataan resminya.
Sekretaris Jenderal Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengemukakan varian ini memang baru terdeteksi melalui pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS).
"Sebenarnya kita sudah mendeteksi varian BA.2 itu," kata Nadia dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.
Nadia lantas meminta masyarakat untuk tetap tenang dan patuh terhadap protokol kesehatan. Menurutnya, kunci untuk menekan laju penularan selain vaksinasi adalah dengan tetap patuh terhadap protokol.
(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas! Sudah Ada 252 Kasus Omicron Siluman di RI, Lebih Ganas?
