Ada Apa Mr Putin? Akses Media dan Facebook Cs Kok Diblokir
Jakarta, CNBC Indonesia - Dinamika yang terjadi akibat konflik Rusia dan Ukraina semakin meningkat. Terkini, Rusia mengumumkan kebijakan pemblokiran terhadap berbagai kanal media massa dan platform media sosial besar di dunia, Facebook.
Pemblokiran tersebut dilakukan Rusia mulai Jumat (4/3/2022) waktu setempat. Langkah ini diambil Rusia seiring terbitnya undang-undang baru mengenai media massa di sana. UU baru ini memberi Rusia kekuatan tambahan untuk menindak media massa yang dianggap menyebar berita palsu mengenai militer.
Mengutip Reuters, tindakan Rusia membuat BBC, Bloomberg, dan outlet media internasional lain menghentikan pemberitaan dari negara tersebut. Pada saat yang sama, Rusia juga memblokir Facebook, situs web BBC, Deutsche Welle dan Voice of America.
"Undang-undang ini akan memaksa hukuman dan hukuman yang sangat berat pada mereka yang berbohong dan membuat pernyataan yang mendiskreditkan angkatan bersenjata kita," kata ketua Duma, majelis rendah parlemen Rusia, Vyacheslav Volodin, dikutip Sabtu (5/3).
Akibat kebijakan baru Rusia, beberapa outlet media internasional memilih untuk menghentikan sementara seluruh pekerjaan wartawannya di negara tersebut.
Konflik Rusia dan Ukraina juga memantik respon dari pelaku industri lain. Sebagai contoh, saat ini rumah mode mewah asal Prancis Chanel menyatakan telah menghentikan seluruh operasionalnya di Rusia. Pada saat bersamaan, Microsoft selaku perusahaan teknologi besar juga menangguhkan penjualan produk dan layanan di seluruh wilayah Rusia.
Sikap serupa dilakukan Samsung Electronics. Perusahaan ini menangguhkan pengiriman gawai dan produk-produknya ke Rusia, dan menyumbangkan dana US$6 juta untuk membantu para korban akibat konflik di Eropa Timur.
Terkini, Rusia dilaporkan sudah menyerang dan menyebabkan kebakaran di pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa yang berada di Ukraina. PLTN Zaporizhzhia sempat terbakar saat serangan Rusia dilakukan ke sana.
Kebakaran di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia sempat was-was.
Meski terkendali dan tingkat radiasi stabil, kerusakan infrastruktur membuat masyarakat berbondong-bondong meninggalkan Kota Energodar.
Hal ini disampaikan kepala Energoatom, operator tenaga nuklir yang dikelola negara Ukraina, Petro Kotín.
"Ancaman terbesar adalah bahan nuklir yang disimpan di enam reaktor nuklir stasiun dan di kolam paparan," kata Kotin, dikutip dari CNBC International. "Ada juga sekitar 150 kontainer bahan bakar nuklir olahan di gudang bahan bakar nuklir di lokasi,"
Kepala Badan Energi Atom Internasional Raphael Grossi mengatakan pabrik itu tidak rusak meski diserang Rusia. Menurut Grossi, saat ini hanya ada satu dari enam reaktor PLTN tersebut yang beroperasi.
Pada saat yang sama, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pabrik itu bekerja secara normal. Mereka menyalahkan kebakaran itu atas serangan oleh pasukan sabotase Ukraina dan mengatakan pasukannya memegang kendali.
PLTN dan wilayah yang berdekatan dengannya sekarang dijaga oleh pasukan Rusia, kata utusan Rusia untuk PBB.
(pgr/pgr)