Harga Jagung-Gandum Dunia Kian Mahal, Peternak Perlu Waspada?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
03 March 2022 20:40
Ilustrasi Gandum
Foto: Ilustrasi Gandum (Photo by Pixabay via Pexels)

Indonesia sampai sekarang bersikukuh tidak mengimpor jagung pipilan untuk pakan ternak. Per 2021, Indonesia membutuhkan jagung untuk pakan sebanyak 10,76 juta ton yang terdiri dari industri pakan unggas (7,04 juta ton) dan peternak unggas mandiri (3,71 juta ton).

Dari sisi pasokan, Kementerian Pertanian memperkirakan produksi jagung nasional (dengan kadar air 14%) pada 2021 mencapai 15,79 juta ton. Angka itu masih lebih tinggi dari kebutuhan jagung setahun untuk pakan, konsumsi dan industri pangan yang totalnya 14,37 juta ton.

Dengan menambahkan stok akhir Desember 2020 (carry over) sebesar 1,43 juta ton, pemerintah tahun lalu menargetkan stok jagung sebanyak 2,85 juta ton. Stok tersebut tentu akan sangat membantu peternak menghadapi gejolak harga jagung dunia akibat perang Ukraina.

Namun jika pakan ternak aman, efek buruk kenaikan harga jagung dunia masih bisa memukul Indonesia dari sisi lonjakan harga olahan jagung. Selain mengekspor jagung pipilan, Ukraina juga mengekspor produk jagung dalam bentuk tepung (maizena).

Berbeda dari jagung pipilan yang mayoritas diimpor ke Indonesia untuk bahan baku pakan ternak, tepung maizena merupakan bahan baku industri makanan. Gangguan pasokan keduanya yang berujung pada lonjakan harga akan memicu gonjang-ganjing di industri makanan.

Sebab, pasokan tepung maizena di dunia berpeluang kian langka, sementara berbeda dari jagung pipilan untuk pakan ternak, Indonesia belum sepenuhnya berdikari untuk urusan ini dengan impor mencapai 1 juta ton lebih tepung maizena pada tahun lalu.

Belum lagi jika bicara tepung terigu (gandum). Dalam laporan riset terbarunya, PT Bahana Sekuritas menyebutkan bahwa Indonesia memiliki hubungan dagang yang cukup besar dengan Rusia dan Ukraina, karena Indonesia merupakan importir utama dan terbesar bahan baku mie ini.

Mengacu pada data trademap.org, perusahaan sekuritas tersebut menyebutkan volume impor gandum dan meslin nasional selalu di atas 10 juta ton dalam kurun 2016 hingga 2020. Dari angka tersebut, sepertiga di antaranya berasal dari Ukraina.

Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro, Rami Ramdana, dan Drewya Cinantyan menyebutkan nilai impor gandum Indonesia dari Ukraina pada 2021 mencapai US$946 juta, menjadi yang terbesar dari total impor komoditas HS10 yang mencapai US$3 miliar.

Mereka pun mengingatkan masyarakat untuk tidak kaget melihat produk makanan mereka volumenya menyusut, atau harganya meningkat ke depannya. HS10 merupakan kode perdagangan internasional untuk komoditas sereal, yang di antaranya meliputi gandum, jagung, beras, biji-bijian, dan sereal lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular