Kecam Perang, Tapi AS Tetap Izinkan Impor Minyak dari Rusia

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
02 March 2022 19:50
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pedagang (trader) minyak di pusat perdagangan minyak terbesar di Amerika Serikat berhati-hati melakukan impor minyak dari perusahaan Rusia, bahkan menahan impor minyak dari negeri pimpinan Vladimir Putin tersebut, meskipun Gedung Putih mengatakan penjualan minyak bukanlah menjadi bagian dari sanksi kepada Rusia.

Respons dari para pedagang minyak tersebut menunjukkan bahwa sanksi telah mengganggu pasar energi lebih dari yang diharapkan setelah terjadinya serangan Rusia ke Ukraina.

Harga minyak mentah berjangka telah melonjak di atas US$ 100 per barel meskipun Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya belum memblokir penjualan minyak Rusia. Hal ini dikhawatirkan bisa berdampak pada kenaikan inflasi.

Mengutip Reuters, Rabu (02/03/2022), Pemerintahan Presiden Joe Biden telah menyatakan dapat memblokir minyak Rusia jika Rusia melanjutkan serangannya terhadap Ukraina.

Beberapa anggota parlemen dari kedua partai politik utama AS mendesak larangan langsung atas impor Rusia. Tetapi memotong pasokan dari Rusia dapat menyebabkan harga bensin di AS melonjak, sementara Rusia terus menjual minyak ke China atau negara lain.

Eksekutif perusahaan dan pedagang individu di pusat di New York dan Teluk AS mengatakan mereka khawatir Washington dapat melakukan langkah tambahan, dan juga mereka tidak ingin terlihat mendanai perang Rusia-Ukraina tersebut.

"Orang-orang tidak menyentuh minyak Rusia. Anda mungkin melihat beberapa di atas air sekarang, tetapi mereka dibeli sebelum serangan tersebut. Tidak akan banyak lagi setelah itu," kata seorang pedagang Pelabuhan New York, dilansir dari Reuters, Rabu (02/03/2022).

"Tidak ada yang ingin terlihat membeli produk Rusia dan mendanai perang melawan rakyat Ukraina," tambahnya.

Rusia adalah salah satu pengekspor minyak bumi terbesar di dunia, mengirimkan 4 juta hingga 5 juta barel per hari minyak dan 2 juta hingga 3 juta barel per hari produk olahan ke pasar lain.

Negara itu menyerang Ukraina pada 24 Februari pekan lalu, dan mengakibatkan serbuan sanksi internasional dan kecaman di seluruh dunia. Sementara Moskow menyebut tindakan itu sebagai "operasi khusus".

Senator Ed Markey, seorang Demokrat dari Massachusetts, mengatakan pembelian minyak Rusia oleh AS pada tahun 2021 diperkirakan menyumbang sekitar US$ 17,4 miliar ke negara itu.

"Kami tidak bisa mengkritik Eropa karena ketergantungannya pada energi Rusia, karena kami menuangkan uang minyak kotor ke Rusia," katanya dalam sebuah pernyataan.

Amerika Serikat rata-rata membeli sekitar 76.000 barel minyak mentah per hari dari Rusia pada tahun 2020, menurut data Departemen Energi AS, lebih sedikit dari apa yang dibelinya dari beberapa negara, termasuk Kanada dan Meksiko. Amerika Serikat adalah importir terkemuka bahan bakar minyak Rusia dan minyak gas vakum, menurut data dari pedagang dan sistem pelacakan kapal Refinitiv Eikon.

Sarah Emerson, Presiden di ESAI Energy, mengatakan tidak mengherankan bahwa perusahaan perdagangan dan kilang menghindari minyak Rusia, mengingat kurangnya kejelasan seputar sanksi terhadap perbankan dan langkah-langkah lain yang mempersulit pelaksanaan transaksi.

Sekitar 10% dari ekspor minyak Rusia telah terpukul, perkiraan awal ESAI menunjukkan. Tetapi jejak besar Rusia di pasar global membuatnya tidak mungkin dibekukan sepenuhnya.

"Pemain besar bisa keluar dari pasar, tetapi tidak ada cukup minyak di luar sana untuk semua orang keluar," kata Emerson.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia Menang Lagi, Rebut Kota Ukraina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular