
Pilu! Rakyat Ukraina Tak Bisa Tidur karena Hujan Bom & Rudal

Jakarta, CNBC Indonesia - Bom dan rudal Rusia telah menghujani beberapa bagian Ukraina menyusul Presiden Rusia, Vladimir Putin untuk menyerang Rusia, negara berpenduduk 44 juta jiwa.
Kementerian Pertahanan Ukraina melaporkan, pada Jumat (25/2/2022) malam, pasukan pengintai Rusia berada dalam jarak bermil-mil di pusat kota Kyiv.
Penduduk ibu kota berlindung di ruang bawah tanah, garasi parkir, dan metro bawah tanah kota demi menghindari serangan pasukan militer Rusia.
"Serangan di Kyiv dengan rudal jelajah atau balistik berlanjut," ungkapnya seperti dikutip CNBC Internasional, Sabtu (26/2/2022).
Salah seorang warga Ukraina, Natasha Suslenko menceritakan kisahnya.
Pada Jumat (25/2/2022) sejak pukul 4.30 waktu setempat suara sirine dan serangan udara bom di kota kelahirannya di Kyiv, mulai bising terdengar. Untuk hari kedua, dia harus mengambil barang-barangnya dan pindah ke garasi parkir basement gedungnya untuk melindungi dirinya.
"Kami hanya mengenakan pakaian kami dalam satu detik, membawa anak kami dan pergi ke garasi parkir," ujarnya.
Pada hari Kamis, hari pertama sirine berbunyi di Kyiv ketika pasukan Rusia menyerbu negara itu dari berbagai sisi, Suslenko memastikan untuk mengambil semua dokumen penting keluarganya juga.
"Kami memutuskan untuk tinggal karena kami memiliki anak kecil, berusia satu tahun. Jadi cukup sulit," tuturnya.
Ribuan warga tidur di metro Kyiv, yang sekarang berfungsi sebagai tempat perlindungan dari serangan bom. Beberapa ratusan ribu orang lainnya meninggalkan Kyiv, menuju ke barata tau mencoba meninggalkan negara itu.
Pada Jumat malam, penerbangan penumpang di atas wilayah udara Ukraina telah dihentikan sepenuhnya, dan pasukan Rusia telah menyerang sebagian besar bandara negara itu.
Sembilan ratus mil dari selatan, di Siprus, suami Natasha Suslenko, Andrii, dengan cemas memeriksa teleponnya. Dia meninggalkan Ukraina hanya beberapa hari sebelumnya dalam perjalanan kerja dan sekarang terjebak, tanpa tahu bagaimana cara kembali ke rumah.
"Saya merasa tidak berdaya karena saya di sini dan istri saya ada di sana, dan ini adalah situasi yang sangat emosional dan putus asa," katanya kepada CNBC Internasional melalui video call.
Dia masih bekerja dalam kapasitasnya sebagai pelatih bisnis dan konsultan, membantu klien Ukrainanya mengelola krisis bisnis mereka. Dia khawatir atas keluarganya, orang tua sekaligus istrinya yang berada di Kyiv.
"Mereka berusia 65 tahun dan mereka tidak mengharapkan ini. Ibuku menyangkal selama berbulan-bulan sebelumnya, seperti, 'tidak, itu tidak akan terjadi'. Sungguh luar biasa."
Di kota Mariupol di timur Ukraina, hanya 30 mil dari perbatasan Rusia, Olga Pereverzeva duduk di lorong pintu masuknya, tempat teraman di rumahnya karena tidak memiliki jendela.
Olga telah mendengar pengeboman selama dua hari terakhir, dan mengatakan banyak orang telah meninggalkan kota, tetapi sebagian besar masih tersisa sejauh ini. Sampai Jumat malam dia masih memiliki air, listrik dan gas,
"Saya mungkin akan tidur disini, karena berbahaya berada di dekat jendela. Tidak ada tempat untuk lari. Seluruh Ukraina diserang."
Liza Borysova, penduduk asli Kyiv, memiliki perjanjian dengan sahabatnya untuk menelepon satu sama lain untuk memastikan mereka bangun jika terjadi peringatan serangan udara, yang sering datang melalui saluran Telegram resmi dan tidak resmi.
"Orang-orang benar-benar takut untuk tidur, karena mereka mungkin tidak bisa sampai ke bunker atau mengemasi barang-barang mereka dengan cukup cepat," ketika peringatan bom berbunyi, katanya.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Panas! Rusia Siap 'Perang' dengan AS & Eropa, Kenapa?