Ribuan Ton Daging Kerbau & Sapi India-Brasil Bakal Masuk RI

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
Jumat, 25/02/2022 16:15 WIB
Foto: Penjual daging sapi di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Rabu (23/2/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - BUMN Pangan, PT Berdikari (Persero) bakal mengimpor 40 ribu ton daging kerbau dan 20 ribu ton daging sapi sepanjang tahun 2022.

Impor itu untuk membendung lonjakan harga sapi bakalan Australia dari US$3,77 per kg di bulan September 2021 menjadi US$4,6 per kg di Januari -Februari 2022. Apalagi, Australia juga akan membatasi kuota ekspor 70 ribu ekor per tahun.

Belum lagi, China yang sebelumnya menutup impor dari Brasil, memutuskan kembali membuka pintu masuk untuk daging sapi Brasil. Langkah China itu mendongkrak permintaan daging ke Australia.


"Terjadi penurunan impor sapi dari Australia sehingga harga sapi impor siap potong diprediksi bakal naik. Dari saat ini Rp53-54 ribu per kg akan mencapai Rp60 ribu per kg saat hari besar keagamaan nasional (HBKN). Dan, akan berimbas pada kenaikan harga daging dari Rp130 ribu per kg menjadi Rp170 ribu per kg," kata Direktur Utama PT Berdikari Harry Warganegara kepada CNBC Indonesia, Jumat (25/2/2022).

Untuk itu, lanjut dia, Berdikari harus menyiapkan segera sapi bakalan 976 ekor dari Sulawesi Selatan untuk pemenuhan kebutuhan Sulawesi dan DKI Jakarta.

"Dan, mempercepat proses importasi 40 ribu ton daging kerbau India dan 20 ribu ton daging sapi Brasil. Rencananya, di Maret dan April akan masuk 5.000 dan 15.000 ton daging kerbau. Lalu, 1.500 ton daging sapi di April," kata Harry.

Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perdagangan Juan Permata Adoe mengatakan, lonjakan harga daging sapi dipicu gangguan rantai pasok. Sementara, Indonesia masih bergantung pada pasokan sapi potong dari Australia.

"Harganya tinggi dan volume ekspor Australia untuk sapi potong menurun karena populasinya juga turun. Total tahunan ekspor Australia ke Indonesia selama tahun 2021 adalah 409.040 ekor, yakni 406.781 ekor sapi bakalan dan 2.259 ekor indukan. Jumlah ini menunjukkan penurunan 13% dari 12 bulan sebelumnya," kata Juan kepada CNBC Indonesia, Jumat (25/2/2022).

Foto: BUMN
BUMN

Menurut Juan, momen Ramadan - Lebaran tahun 2022 diprediksi tidak akan memberi peluang besar bagi importir sapi dan pedagang daging sapi untuk meraup untung.

Meski, permintaan pada periode ini biasanya tertinggi dalam setahun. Yang diharapkan dapat menghasilkan keuntungan signifikan dan menyokong arus modal.

"Namun, dengan keadaan umum ekonomi saat pandemi Covid-19, ini tampaknya merupakan pertaruhan yang sulit," kata Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perdagangan Juan Permata Adoe kepada CNBC Indonesia, Jumat (25/2/2022).

Karena itu, ujarnya, menaikkan populasi sapi bakalan dan kerbau menjadi satu-satunya langkah strategis untuk menjaga kestabilan harga di dalam negeri.

"Kemungkinan besar importir yang mampu bertahan saat ini akan berusaha meningkatkan proporsi kerbau bakalan dalam pengiriman mereka. Informasi di pasar menunjukkan bahwa akan segera terjadi impor daging kerbau beku India dengan jumlah signifikan tiba di pelabuhan Indonesia," kata Juan.

Sementara itu, imbuh dia, bisa mempertimbangkan pasokan impor sapi potong dari sumber yang lebih murah, yakni Brasil dan Sudan.

Ekonom Senior Indef Bustanul Arifin mengatakan, Indonesia memang sudah seharusnya membuka pintu impor untuk sumber pasokan daging selain Australia.

"Perlu mencari sumber sapi dan daging dari negara lain bebas PMK, mengurangi ketergantungan pada pasokan sapi dan daging dari
Australia," kata Bustanul kepada CNBC Indonesia, Selasa (22/2/2022).


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Indonesia Diramal Kembali Deflasi di Mei 2025