Harga Minyak Tembus US$100, Ekonomi RI Untung atau Buntung?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia akhirnya menembus level US$ 100 per barel imbas meletusnya perang antara Rusia dan Ukraina. Hal yang dikhawatirkan banyak pihak akhirnya terjadi.
Pemerintah Indonesia juga turut mengkhawatirkan situasi tersebut. Sebagai negara pengimpor minyak, lonjakan harga akan mempengaruhi beberapa lini, baik perdagangan, inflasi, rupiah hingga belanja pemerintah.
Bahana Sekuritas dalam risetnya, Kamis (24/2/2022) menyampaikan, harga minyak dunia yang mencapai US$ 100 per barel akan memberikan dampak terhadap neraca perdagangan. Surplus masih akan berlanjut, namun dengan perkiraan US$ 18 miliar atau lebih rendah dari 2021.
Masih tingginya harga komoditas lain menjadi faktor terjaganya surplus pada 2022. Secara berlanjut, surplus pada transaksi berjalan (current account) juga akan menyusut menjadi US$ 2 miliar atau 0,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Dampak cukup berat adalah pada inflasi. Situasi saat ini akan mendorong kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan listrik, sehingga mendorong kenaikan inflasi hingga menjadi 2,5% year on year (yoy). Lemahnya permintaan akan menjadi penahan inflasi. Level tersebut juga masih dalam rentang yang diasumsikan Bank Indonesia (BI).
Kas negara juga terkena dampak dari kenaikan harga minyak tersebut. Pemerintah harus bersiap adanya lonjakan pada belanja subsidi bbm dan listrik. "Spending pemerintah akan meningkat, walaupun di sisi lain ada efek positif juga dari sisi penerimaan," ujar Ekonom Bank Permata Josua Pardede.
Sementara itu tekanan terhadap rupiah juga bisa terkendali. Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan rupiah akan bergerak pada level 14.300 - 14.500 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Rupiah tidak akan bergerak ke atas 15.000. Pertama, karena ekspor kita masih dapat tinggi karena naiknya harga energi dan komoditas. Kedua, proporsi kepemilikan asing di instrumen keuangan Indonesia sudah sangat rendah. Jadi dampak outflow tidak akan signifikan," ujarnya kepada CNBC Indonesia.
(mij/mij)