
Mendag Lutfi Berharap Ekspor Mobil Bisa Jadi Andalan Devisa

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan Indonesia bakal mengandalkan ekspor mobil ke Australia sebagai salah satu sumber devisa RI ke depan. Saat ini, Indonesia baru akan membuka pintu ekspor mobil tersebut melalui Australia-Indonesia Comprehensive Economic Partnership Agreement.
"Saya yakin Australia akan menjadi pasar yang luar biasa bagi mobil kita. Jadi kalau tahun lalu kita jual 300 ribu mobil, mudah-mudahan tahun ini 50 ribu mobil akan pergi ke Australia, alone. Ini akan jadi nilai tambah baru," tuturnya dalam acara Gambir Trade Talk, Rabu (23/2).
Sebelumnya Indonesia sudah mencoba untuk mengekspor mobil ke Negeri Kanguru tersebut, namun upaya itu terkendala dengan izin dari prinsipal masing-masing pabrikan mobil.
Selama beberapa waktu terakhir, prinsipal seperti induk Toyota, Mitsubishi hingga Honda di Jepang lebih memilih negara lain untuk menyuplai mobil ke Australia. Saat ini, Indonesia coba mengambil alih.
Jika sampai berhasil, maka ekspor komoditas ini bisa menjadi salah satu yang terbesar setelah batu bara dan kelapa sawit. Tiga komoditas lagi yang juga menjadi primadona ekspor yakni, besi baja, produk elektronik, dan mobil
"Nomor lima adalah mobil. Bisa dibayangkan juga bahwa mobil ini akan jadi primadona daripada ekspor Indonesia," kata Lutfi.
Ini menjadi titik penting dalam sejarah otomotif Indonesia.
"Untuk pertama kali Indonesia akan ekspor mobil ke Australia. Alhamdulilah, dalam waktu dekat, saya yakin sebelum kuartal-I berakhir, kita bisa ekspor mobil buatan Indonesia ke Australia," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita saat Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (2/2/2022).
"Ini adalah perjuangan. Karena keputusan boleh ekspor atau tidak, perluasan ekspor mobil itu ada di tangan prinsipal. Untuk mobil Jepang, keputusan ada di Tokyo," kata Agus.
Setelah disetujui prinsipal pusat, Indonesia akan segera masuk pasar Australia.
"Mobil buatan Indonesia dengan lokal content 60%. Ini tentu pencapaian. Apalagi, selain sulit mendapat izin prinsipal di Tokyo, juga karena standar Australia itu tinggi. Menyangkut Euro 4 atau Euro 5," ujar Agus.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tersebar di 80 Negara, RI Bidik Ekspor 1 Juta Unit Mobil!