
Efek Tensi Panas Rusia-Ukraina Sudah Terasa Sampai RI?

Jakarta, CNBC Indonesia - Keputusan invasi Rusia ke Ukraina memang masih maju mundur, namun tensi kedua negara itu masih memanas. Efek dominonya adalah harga komoditas dalam hal ini minyak mentah dunia naik gila-gilaan hampir menyentuh level US$ 100 per barel.
Harga minyak mentah Brent yang menjadi acuan para penikmat minyak dunia pada perdagangan pagi ini pukul 09.07 WIB, melesat menyentuh US$ 97,16 per barel. Sedangkan jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya melesat menjadi US$ 94,00 per barel.
Beruntungnya meskipun harga minyak mentah dunia naik tinggi dipicu konflik Rusia - Ukraina itu, kegiatan impor minyak diklaim belum mengalami gangguan, termasuk impor minyak ke Indonesia. Lalu apakah Indonesia memiliki ketergantungan pada pasokan energi dari Rusia dan efeknya sudah terasa?
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Aridaji meyampaikan bahwa sejatinya Rusia tidak mengekspor minyak mentah dan gasnya ke Indonesia melainkan ke Eropa dan China.
Sementara Indonesia kebanyakan melakukan impor minyak dari negara-negara Timur Tengah dan Nigeria. "Ada dua hal kondisi itu, kami belum rasakan adanya pengaruh langsung. Mungkin saat ini kita mengamati dan mencermati dengan baik, apakah ada dampak domino dari ketegangan ini," ungkap Tutuka kepada CNBC Indonesia, Senin (21/2/2022).
Juga demikian dengan produk lain seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Natural Gas (LNG), kata Tutuka, juga belum merasakan dampak atas ketegangan Rusia dan Ukraina.
"Namun kami juga tetap hati-hati karena ini bisa berefek domino," Terang Tutuka.
Yang terpenting saat ini, kata Tutuka, stok BBM Indonesia saat ini terhitung masih aman meskipun stok BBM hanya 21 hari. Tapi PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan minyak milik negara memiliki fleksibilitas yang tinggi atas kegiatan impor minyak dari banyak negara.
"Sehingga mengantisipasi kondisi yang seperti saat ini terjadi bisa lebih baik, adaptif terhadap kondisi ketegangan dunia," jelas Tutuka.
Tutuka mengatakan, pemerintah tetap mencermati atas pengaruhnya konflik Rusia dengan Ukraina meskipun tidak berdampak langsung, namun hal ini juga berdampak langsung ke Timur Tengah misalnya Arab Saudi, atau Afrika yang menjadi pengekspor minyak ke Indonesia.
"Ini akan berdampak terhadap suplai di kita. Jadi itu yang menurut kita harus cermati. Beberapa bulan sebelumnya kita udah mengantisipasi dengan mengindentifikasi fasilitas-fasilitas yang ada di industri migas yang bisa dijadikan untuk cadangan operasional," tandas Tutuka.
Adapun saat ini, Pemerintah terus berkomunikasi aktif dengan Pertamina dan pihak lainnya untuk 'Alert' jika terjadi sesuatu, sehingga pemerintah bisa bergerak cepat. "Kita pernah belajar dari meningkatnya produksi yang drastis dari Covid-19 kemarin, meningkatnya sangat tajam, sehingga kita benar-benar berupaya keras untuk menutupi kebutuhan yang mendadak tajam tadi," tandas dia.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kartu AS Joe Biden untuk Tekan Harga Minyak: SPR! Apaan Tuh?
