Awas "Bom" Bahayakan Ekonomi China, Apa itu?
Jakarta, CNBC Indonesia - China menghadapi "bom waktu demografis", ketika populasi lansia meningkat sementara tenaga kerjanya semakin kecil karena penurunan kelahiran. Ini sebagian karena kebijakan satu anak yang berlaku selama sekitar empat dekade sebelum dihapus pada 2016.
Data resmi menunjukkan tingkat kelahiran China turun ke rekor terendah pada tahun 2021. Ini memperpanjang tren penurunan yang membuat pemerintah nasional mulai mengizinkan pasangan untuk memiliki hingga tiga anak sejak tahun lalu.
Pemerintah Beijing pun gerak cepat untuk menangani ini. Aturan baru dibuat untuk memasukkan lebih dari selusin layanan kesuburan dalam skema asuransi kesehatan yang didukung pemerintah.
Langkah ini diambil untuk mendukung masyarakat yang ingin memiliki bayi di tengah rendahnya angka kelahiran. Sebanyak 16 layanan medis yang menggunakan teknologi reproduksi terbantu (ART) akan ditanggung oleh asuransi negara kota dan berlaku mulai 26 Maret mendatang.
"Ini diambil sebagai langkah untuk mendukung kesuburan proaktif," tulis Beijing Daily, dikutip Reuters, Senin (21/2/2022).
Cakupan reproduksi baru ini diharapkan dapat membantu menurunkan biaya dan menguntungkan pasangan dalam kelompok berpenghasilan rendah yang ingin memiliki bayi. Termasuk mereka yang memiliki sedikit atau tanpa akses ke asuransi kesehatan swasta.
Janji menggenjot kelahiran juga dikatakan Perdana Menteri Li Keqiang. Ia menegaskannya pada awal pertemuan parlemen tahunan pada Maret tahun lalu.
"China akan bekerja untuk mencapai tingkat kelahiran yang tepat," katanya. "China akan menaikkan usia pensiun menurut undang-undang secara bertahap."
(tfa/tfa)