Waspada Minyak Dunia US$ 100 Per Barel, Subsidi Bisa Bengkak!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Senin, 21/02/2022 11:50 WIB
Foto: Blok West Ganal, yang dioperasikan ENI West Ganal. (Doc SKK Migas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia belum ada aba-aba penurunan. Sampai pada Senin pukul 07:15 WIB, harga minyak jenis brent yang menjadi patokan dunia berada di level US$ 94.73/barel. Adapun jenis light sweet harganya US$ 91,07/barel. Tingginya harga minyak dunia tentunya bikin pemerintah Indonesia deg-degan.

Apalagi jika harga minyak dunia mendekati level US$ 100 per barel, pemerintah harus hati-hati mengingat sejumlah Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia menggunakan skema subsidi, dengan begitu dana subsidi pemerintah bisa makin bengkak.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji membenarkan bahwa pemerintah saat ini tengah berhati-hati dengan tingginya harga minyak dunia tersebut.


"Kalau harganya sudah ratusan tentunya hati-hati, dari penerimaan bertambah dan pengeluaran subsidi BBM jadi besar. Ini perlu dihitung dengan cermat target subsidi apakah masih mencukupi," ungkap Tutuka kepada CNBC Indonesia, Senin (21/2/2022).

Seperti yang diketahui, pemerintah pada tahun 2022 ini menganggarkan subsidi jenis Bahan Bakar Minyak tertentu dan LPG Tabung 3 kg sebesar Rp 77,54 triliun. Adapun dalam asumsi makro Indonesian Crude Price (ICP) sebesar US$ 55 - US$ 70 per barel.

Tutuka tak menampik, dengan harga minyak dunia yang hampir menyentuh level US$ 100 per barel itu, subsidi BBM bisa membengkak, saat ini Kementerian ESDM bersama dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sedang berkoordinasi untuk menghitung dampak tingginya harga minyak dunia itu.

"Harus teliti dan cermat dengan subsidi ini, karena kenaikan ICP ini bisa tidak mencukupi dari subsidi ini. Angkanya harus kita hitung lebih detail," tandas Tutuka.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pasar Ragu pada Ekonomi AS, Investor Asing Lirik RI