PLTU Dicampur Biomassa, Bisa Kurangi Batu Bara Berapa Banyak?
Jakarta, CNBC Indonesia - Masyarakat Energi Biomassa Indonesia (MEBI) mencatat, biomassa bisa digunakan sebagai bahan campuran untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dalam hal ini adalah co-firing. Melalui co-firing penggunaan batu bara dalam PLTU bisa semakin berkurang, artinya pembangkit listrik bisa menjadi lebih ramah lingkungan.
Ketua Dewan Pembinaan MEBI, Djoko Winarno menyampaikan, bahwa co-firing akan mengurangi penggunaan energi fosil, dalam hal ini batu bara. Dengan demikian, ini bisa meningkatkan porsi bauran EBT dalam total bauran energi nasional dengan cara yang relatif cepat, relatif mudah dan murah.
"Karena tidak perlu membangun pembangkit baru baik PLTU maupun membangun PLT Sampah, dan berefek sangat positif terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca," kata Djoko Winarno, Jumat (18/2/2022).
Sampai saat ini, ia mencatat cofiring sudah diterapkan pada ratusan PLTU batu bara di seluruh Indonesia, dengan kapasitas sedikitnya 18.154 MW.
Guna mendukung target bauran energi 23% pada tahun 2025, saat ini Perhutani sebagai salah satu anggota APHI,misalnya, telah melakukan uji coba program co-firing, untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Paiton, Jawa Timur, dan diujicobakan juga di PLTU Cikarang Listrindo, Jawa Barat.
Wakil Ketua Kadin Indonesia, Bobby Gafur Umar menambahkan, bahwa peluang co-firing biomassa di jaringan Jawa-Madura-Bali (Jamali) berpotensi menghasilkan sedikitnya 1.000 MW energi bersih.
"Co-firing 5% di PLTU Paiton akan bisa menghidupkan 8 industri biomassa, co-firing 5% di sistem Jamali akan menghidupkan 160 industri biomassa dan menyerap 1.600 tenaga kerja lokal," ujar Bobby.
(pgr/pgr)