Internasional

Awas Perang Jadi Beneran, Baku Tembak Pecah di Ukraina

sef, CNBC Indonesia
18 February 2022 06:30
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu di Jenewa, Swiss, Rabu (16/6/2021) waktu setempat. (AP/Denis Balibouse_
Foto: Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu di Jenewa, Swiss, Rabu (16/6/2021) waktu setempat. (AP/Denis Balibouse_

Sebelumnya, dalam wawancara eksklusif dengan CNBC Indonesia, Duta Besar Rusia Untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva, blak-blakan soal isu negaranya hendak menyerang Ukraina. Ia mengatakan Rusia tidak pernah berniat menyerang tetangganya itu.

Ia menyebut isu ini muncul setelah dihembuskan Amerika Serikat (AS), NATO dan para aliansinya. Rusia menyebut ada pengalihan isu dari ekspansi NATO di Eropa Timur.

"Semua histeria yang terjadi antara Rusia dan Ukraina telah ditargetkan untuk mengalihkan isu dari keamanan negara kami terkait Federasi Rusia. Kami melihat ekspansi NATO yang telah berjalan selama 30 tahun lebih dan kini infrastruktur NATO makin dekat ke perbatasan kami," jelasnya.

"Pada situasi ini, Ukraina hanya dijadikan alat untuk mengobarkan informasi perang terhadap Rusia. Sementara negara kami tengah mengupayakan diplomasi, pihak Barat terus mengobarkan informasi perang dan menciptakan ketegangan di perbatasan Rusia-Ukraina."

Ia pun menyatakan pihaknya tidak ada niat untuk berperang melawan Ukraina. Ia mengakui ada ketegangan, tapi bukan Rusia yang menciptakannya.

"Sebenarnya tidak ada yang terjadi dan kami tidak berniat untuk menyatakan perang terhadap Ukraina. Tolong jangan salah paham kami justru menganggap Ukraina sebagai saudara kami," ujarnya.

"Memerangi Ukraina adalah gagasan yang tidak masuk akal bagi kami."

Ia mengatakan hal yang menjadi fokus Rusia sebenarnya adalah AS dan NATO. Di mana aliansi Barat dianggap tidak memenuhi janjinya tidak melakukan ekspansi, sebagaimana perjanjian yang sudah dibuat dengan Rusia sebelumnya saat Uni Soviet pecah.

Ia pun menuturkan bahwa NATO telah melakukan lima fase ekspansi. Dari tahun 1999 hingga 2020.

"Kami khawatir Ukraina akan menjadi bagian Nato. Karena jika itu terjadi infrastruktur NATO akan semakin dekat dengan perbatasan kami," katanya.

"Dari pandangan kami, jelas ini menjadi ancaman."

Rusia pun, kata Vorobieva, sudah mengajukan proposal kepada Barat soal jaminan keamanan yang harus ditanda-tangani AS dan dikonfirmasi NATO. Namun sayangnya respons yang ada tidak memuaskan.

"Tapi dalam keadaan apapun, kami siap untuk melanjutkan dialog dan konsultasi. Karena menurut kami aksi militer bukanlah hal bijak untuk menyelesaikan krisis," ujarnya.

(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular