
Aduh, Lagi-lagi Masalah Backlog Perumahan! Ada Solusinya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebutuhan hunian atau perumahan yang masih sangat tinggi ditunjukkan dari data backlog perumahan di angka 12,75 juta unit menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kesenjangan antara kebutuhan dan pasokan unit rumah ini perlu disikapi dengan solusi tepat.
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), Haru Koesmahargyo buka suara terkait persoalan tersebut. Menurutnya, backlog bisa ditutup apabila dari sisi supply dan demand bisa bertemu.
Kebutuhan atau demand akan perumahan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya segmen usia produktif. "Jadi partisipan perumahan sangat dibutuhkan," tukasnya dalam CNBC Indonesia Property Outlook 2022 bertema 'Lari Kencang Sektor Property di Tahun Macan', Kamis (17/2/2022).
Dia menegaskan, bahwa dari sisi perbankan, sebagai bank yang fokus di bisnis properti pihaknya siap mendukung pembiayaan perumahan di Tanah Air. BTN bahkan menargetkan penyaluran kredit tumbuh 10% pada tahun ini. Per akhir 2021, bank pelat merah ini mengucurkan kredit Rp 274,83 triliun, naik 5,66% dibanding Rp 260,11 triliun pada 2020.
"2022 dengan kemudahan dan dukung pemerintah, PPN (pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah / PPN DTP) tadi, relaksasi LTV, ATMR, perpajakan, FLPP yang naik jadi 200 ribu unit mendorong membuat target lebih tinggi," kata Haru.
Sementara itu Direktur Paramount Land, M. Nawawi menyebut pihaknya sangat optimis menjalani tahun 2022, terutama dengan masih berlakunya stimulus atau insentif kebijakan dari pemerintah, juga Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Secara langsung penjualan Paramount Land turut terangkat dengan adanya stimulus tersebut.
"Memang angka-angka yang saya berikan tak terlalu besar tapi tidak kurang dari 5% adanya program ini memberikan sumbangsih dalam penjualan atau produk-produk dari Paramount Land," imbuhnya.
Hal tersebut mendukung para pelaku bisnis properti untuk semakin meningkatkan aktivitas produksinya. Tentunya, diharapkan bisa mendukung peningkatan pengadaan hunian untuk mengurangi backlog perumahan.
"Namun dengan adanya stimulasi ini bukan hanya dampak langsung tapi jauh lebih penting dengan program ini hampir semua pelaku properti menjadi bergairah menciptakan pasar baru," ucap Nawawi.
Kapasitas atau kemampuan para pengembang atau developer menghasilkan suplai hunian atau perumahan tentu saja menjadi kunci utama dalam mengatasi backlog perumahan. Namun demikian, sayangnya kemampuan para developer ini sering kali tidak merata, terutama bagi produksi rumah-rumah sederhana dengan harga terjangkau yang notabene menjadi pangsa pasar terbesar sektor perumahan di Tanah Air.
Director Head and Research and Consultant Savills, Anton Sitorus berpendapat semangat dan gagasan yang dikumandangkan pemerintah melalui pemberian insentif pajak sudah sangat tepat. Tinggal bagaimana para pemangku kepentingan di sektor properti memanfaatkan berbagai stimulus yang sudah dirilis tersebut untuk meningkatkan produksi perumahan.
Anton menilai untuk developer-developer segmen perumahan kelas atas tidak terlalu bermasalah untuk melakukan produksi karena memiliki cash flow cukup besar. Akan tetapi, lanjutnya, perlu dukungan lebih bagi pengembang segmen perumahan menengah dan menengah bawah untuk menjaga dan meningkatkan kapasitas produksinya. Mengingat dari sisi demand sudah cukup terjaga dengan adanya berbagai stimulus pun naiknya target FLPP.
"Di masa pandemi demand jadi ekstra, mesin produksi harus ekstra, beberapa pengembang ada masalah keuangan karena ekonomi dan bisnis, mereka yang harus dikasih perhatian lebih," tandasnya.
(bul/bul)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Propertinomic Jurus RI Keluar dari Krisis Defisit 12,7 Juta Rumah