Belum Bisa Dibendung, Listrik Tetap Didominasi Batu Bara

Pratama Guitarra, CNBC Indonesia
17 February 2022 12:35
Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Pemerintah memutuskan untuk menyetop ekspor batu bara pada 1–31 Januari 2022 guna menjamin terpenuhinya pasokan komoditas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan independent power producer (IPP) dalam negeri. Kurangnya pasokan batubara dalam negeri ini akan berdampak kepada lebih dari 10 juta pelanggan PLN, mulai dari masyarakat umum hingga industri, di wilayah Jawa, Madura, Bali (Jamali) dan non-Jamali. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Transisi energi dalam hal ini menuju netral karbon atau net zero emission di tahun 2060 akan terasa berat. Kenyataannya energi listrik tanah air masih akan menggunakan bahan bakar fosil yakni batu bara.

Dalam catatan PT PLN (Persero) sampai pada tahun 2030, kapasitas terpasang pembangkit listrik mencapai 99,2 Giga Watt (GW). Diantaranya 45% atau sebanyak 44,7 GW masih didominasi oleh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara. Sementara, pembangkit gas 26%, PLTA 15%, PLTP 6%, PLTS 5%, PLT EBT 2% dan PLT EBT Base 1%.

Direktur energi Primer PLN, Hartanto Wibowo mengatakan, jika dilihat dari Rencana Usaha Pembangkit Tenaga Listrik (RUPTL) 2021 - 2030 kapasitas terpasang pembangkit terpasang di Indonesia untuk pembangkit energi bersih mencapai 63,3 GW dan 10 tahun mendatang. Ini tentunya menjadi peluang bisnis bagaimana Indonesia mengembangkan bisnis EBT.

"Dalam konteks ketenagalistrikan kita bicara energi primer apa yang dibutuhkan untuk menghasilkan listrik EBT akan tumbuh signifikan tapi keseluruhan batu bara masih dominan. Di mana tahun 2025 diproyeksikan sebesar 60,9% batu bara.

Hartanto mengatakan, degan peningkatan seperti di tahun 2025 ini maka kebutuhan batu bara akan terus meningkat. Yang mana di tahun 2022 ini saja kebutuhan batu bara untuk dalam negeri meningkat 115 juta ton menjadi 125 juta ton. "Dan itu akan meningkat secara konsisten . EBT akan terus berkembang tetapi fosil fuel akan tetap dominan dalam baura energi ketenagasitriikan sampai 2030," tandas Hartanto.

Pelaksana Harian Direktur Eksekutif Indonesia Minning Association (IMA), Djoko Widajatno mengatakan bahwa sehubungan dengan Rancangan Umum Energi Nasional (RUEN), sampai dengan 2025 batu bara masih dipergunakan 60%. Penggunaan batu bara baru akan turun sampai dengan 2050 menjadi hanya 25%.

"EBT masih sangat pelan pertumbuhannya dalam 1 tahun hanya sekitar 9 MW, sehingga pemanfaatan batu bara akan dipakai sampai dengan EBT dapat menggantikan dari energi batu bara yang cukup besar," ungkap Djoko kepada CNBC Indonesia.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PLTU Dipensiunkan, Ratusan Ribu Pekerja Terancam Nganggur

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular