Puncak Covid Omicron RI di Depan Mata, Waspadai Gejala Ini

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
17 February 2022 12:45
Infografis: Mitos vs Fakta Seputar Omicron
Foto: Infografis/Mitos vs Fakta Seputar Omicron/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memprediksi puncak Covid-19 varian Omicron di Indonesia akan terjadi tidak lama lagi.

Berdasarkan pola gelombang varian Delta tahun lalu, berbagai wilayah luar Jawa-Bali baru akan mengalami kenaikan kasus ketika kasus infeksi di kedua pulau ini mengalami penurunan.

"Kita memperkirakan 60-70 persen kasus dari DKI Jakarta dan DKI Jakarta terjadi penurunan, maka kemungkinan kita sudah mendekati puncak kasus Omicron ini," ujar juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi, Rabu (16/2/2022).

"Tapi tentunya kita tetap harus waspada. Bagaimanapun juga, puncak kasus itu sangat tergantung dengan upaya-upaya yang kita lakukan. Termasuk upaya deteksi dini, kemudian protokol kesehatan kita. Ini yang menjadi catatan kita," tambahnya.

Sejumlah riset juga menunjukkan bahwa penularan varian Omicron lebih cepat dibanding varian terdahulu. Selain itu, meski menunjukkan gejala yang ringan, gejala yang ditimbulkan juga berbeda dengan virus varian sebelumnya.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC AS), sejumlah pasien Omicron dilaporkan mengalami gejala berupa diare.

Laporan NBC Chicago menyebut bahwa orang dengan sistem kekebalan yang lemah adalah yang paling mungkin mengalami diare dan gejala gastrointestinal lainnya. Karena itu, apabila pasien tiba-tiba mengalami diare, itu bisa menjadi tanda bahwa seseorang terpapar Covid-19 Omicron.

Fakta ini juga diperkuat oleh laporan dari Omicron. Namun, penting untuk diingat bahwa diare ini bukan satu-satunya gejala Omicron. Umumnya keluhan tersebut diikuti dengan kelelahan, masalah pernapasan, nyeri otot dan tubuh serta sakit kepala atau sakit tenggorokan.

Tidak hanya itu, ada pula kecurigaan terhadap infeksi Covid-19 yang gejalanya terjadi saat bangun tidur. Dokter Robert Wachter asal San Francisco, AS, menceritakan pengalaman anaknya yang terinfeksi omicron mengalami gejala mirip flu yang terjadi saat bangun tidur. Gejala tersebut meliputi sakit tenggorokan, batuk kering, nyeri otot, dan kedinginan.

Sementara itu, gejala yang kurang umum dikeluhkan pasien Covid-19 Omicron adalah kembung, dilaporkan oleh 14% pasien dan gejala sendawa yang dialami 10% pasien. Di sisi lain, muntah adalah keluhan 9% pasien, sementara sakit perut menyerang 7% dari mereka yang keluar dari rumah sakit usai pulih dari Covid-19.

Ada pula gejala Covid-19 lain yang paling banyak dikeluhkan pasien seperti suara serak, menggigil, pusing, kehilangan nafsu makan, hingga mual dan asam lambung. Meski gejala Covid-19 Omicron terbilang ringan, angka penularan yang tinggi memicu kekhawatiran para ahli.

Studi terbaru yang diunggah ke bioRxiv oleh National Institute of Infectious Diseases Tokyo, Jepang, juga menemukan bahwa Omicron dapat bertahan lebih lama di permukaan kulit. Hal yang sama juga ditemukan oleh penelitian dari Kyoto Prefectural University of Medicine,

Sebuah studi dari Inggris yang dikeluarkan oleh ZOE Covid Symptom Study App juga menyatakan setidaknya ada tiga tanda-tanda seseorang terpapar Omicron melalui kulit.

Ciri-cirinya yakni kulit gatal; muncul ruam mirip biang keringat yang muncul di seluruh tubuh. Tetapi lebih sering terjadi pada siku, punggung tangan, dan kaki; dan Chilblain atau ruam di kulit yang berwarna ungu atau merah dan menonjol di kulit, serta terasa sakit.

Beberapa bukti memang menunjukkan varian Omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada Delta. Namun, Badan Kesehatan Dunia atau WHO meminta warga tetap waspada karena penularan cepat bisa membebani rumah sakit.


(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penelitian Terbaru, Gejala Omicron Ringan Tapi...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular