Pantas Jokowi Was-was, Segini Parahnya Efek Inflasi Melonjak!
Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi menjadi kekhawatiran berat Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini. Berulang-ulang masalah lonjakan inflasi di berbagai negara disampaikan baik di depan jajaran kabinet, investor hingga pimpinan negara di dunia.
"Ketidakpastian global harus kita hadapi dengan sinergi dan harus bekerjasama mengendalikan inflasi yang meningkat," kata Jokowi dalam Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara G20, Kamis (17/2/2022)
AS misalnya, dalam pengumuman indeks harga konsumen (IHK) terbaru 10 Februari lalu, mencatat semua item naik 0,6% pada Januari, dan mendorong inflasi tahunan sebesar 7,5%. Ini merupakan kenaikan terbesar sejak Februari 1982 alias 40 tahun.
Secara persentase, bahan bakar minyak naik paling tinggi di Januari. Melonjak 9,5% dari 46,5% (yoy).
Kenaikan juga didorong biaya kendaraan, tempat tinggal. Biaya makanan sendiri melonjak 0,9% untuk bulan Januari dan naik 7% selama setahun terakhir.
Hal senada juga terjadi pada Inggris. Pada Januari 2022, laju inflasi di Inggris mencapai 5,5%, atau yang tertinggi sejak Maret 1992.
Tingginya harga energi menjadi faktor terbesar kenaikan inflasi di Inggris. Pakaian dan alas kaki juga mendorong laju inflasi naik, meskipun ada penurunan harga-harga barang tradisional.
Kenaikan inflasi di Inggris juga diyakini akan terus terjadi, bahkan mencapai puncak 7,25% di April 2022. Ini terjadi karena adanya kenaikan tarif energi untuk rumah tangga sebesar 54%.
Terbaru Uni Eropa (UE). Inflasi juga mencapai rekor tertinggi sejak pembentukan zona Uni Eropa
Pertumbuhan harga konsumen telah meningkat menjadi lebih dari 5% untuk kawasan secara keseluruhan. Lituania misalnya mencatat inflasi dua digit 12,2% sementara Italia mencatat inflasi 5,3%.
Jerman mencatat inflasi 5,1% tertinggi dalam 30 tahun sedangkan Prancis 3,3%. Kenaikan harga energi juga menjadi salah satu faktor.
Tidak hanya itu, ada beberapa negara berkembang juga dalam kondisi inflasi yang mengkhawatirkan. Sebut saja Argentina sudah mencapai 50%, Turki 48%, Brasil 10,4%, Rusia 8,7% dan Meksiko 7,1%.
(mij/mij)