
Pantas Jokowi Was-was, Segini Parahnya Efek Inflasi Melonjak!

"Inflasi itu adalah sumber semua masalah," ungkap Economist & Fixed-income Research Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro kepada CNBC Indonesia.
dalam teorinya, inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Sisi supply dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara mitra dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (Administered Price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.
Sementara demand, tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian.
Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut dapat bersifat adaptif atau forward looking.
Putera menjelaskan, inflasi menjadi alasan utama bank sentral untuk mengubah kebijakan moneter suku bunga acuan. Ketika inflasi melonjak, maka bank sentral tidak punya pilihan selain menaikan suku bunga acuan.
"Paling bahaya itu kalau inflasi tinggi pertumbuhan ekonomi gak tinggi," jelasnya. Hal ini akan menyebabkan kerugian bagi masyarakat, karena ekonominya yang tumbuh tidak sebanding dengan kenaikan harga barang dan jasa yang harus dibayar.
Situasi akan semakin memburuk apabila negara tersebut memiliki utang selangit. Kekhawatiran akan utang diukur melalui rasio terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Berdasarkan data trading economics, ada beberapa negara berkembang dengan rasio utang terhadap PDB yang sangat tinggi.
Antara lain Venezuela dengan 350% terhadap PDB, Sudan 259% terhadap PDB, dan Yunani 206% terhadap PDB serta Lebanon dengan 172% terhadap PDB.
Selanjutnya adalah Cape Verde, Italia, Libia, Portugal dengan rasio utang sekitar 130-150% terhadap PDB. Braheain dan Mozambik juga termasuk negara dengan rasio di atas 100%
Apabila bank sentral di masing-masing negara mengambil langkah kenaikan suku bunga acuan pada saat yang sama, maka dampak yang ditimbulkan adalah krisis.
"Jika suku bunga naik, situasi akan memburuk, dan kita akan menghadapi krisis," ungkap Joseph Eugene Stiglitz, Peraih penghargaan Nobel bidang ekonomi tahun 2001 beberapa waktu lalu.
Ini akan diderita oleh negara maju, melainkan juga negara berkembang. Pulihnya pun akan lebih sulit, sebab negara akan lebih banyak menghabiskan dana untuk melunasi utang jatuh tempo, ketimbang membiayai kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan hal-hal lain yang mampu mendorong perekonomian.
[Gambas:Video CNBC]