Wow! Baja Lokal Bukan Kaleng-kaleng loh, Ini Buktinya
Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Komersial PT Krakatau Steel Tbk Melati Sarnita mengatakan, Perseroan telah menghasilkan produk baja yang dapat digunakan industri otomotif. Padahal, baja produksi lokal kerap dianggap tidak bisa memenuhi kebutuhan industri dengan teknologi presisi.
"Untuk industri otomotif, secara reguler Krakatau Steel sudah suplai material HRC, HRPO dan CRC/S sebesar 3.000 - 5.000 ton per bulan. Diantaranya untuk pabrik Hino Motors Manufacturing Indonesia, Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Hyundai Motor (lolos trial), Honda Prospect Motor, Nissan Motor/Mitsubishi, dan Yamaha Motor," kata Melati kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/2/2022).
Menurut Melati, tahun 2020, konsumsi finished steel (produk baja) mencapai 15,7 juta ton. Dimana 78,4% diantaranya digunakan. Disusul sektor otomotif dengan 10,3% dan sisanya terbagi rata sebesar 1,5 hingga 3,0% untuk sektor permesinan, home & office appliances, peralatan elektronik, transportasi lainnya dan produk dari baja lainnya.
"Artinya, hingga 10,3% dari konsumsi baja finished steel Indonesia diserap otomotif atau sekitar 1,7 juta ton pada 2020. Tahun 2021 diperkirakan melonjak hampir 25% menjadi 2,1 juta ton," kata Melati.
Lonjakan konsumsi baja oleh sektor otomotif, ujarnya, terutama dipicu adanya insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dari pemerintah. Dan mendongkrak penjualan mobil nasional.
Sebelumnya, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Taufiek Bawazier mengatakan, impor baja dibutuhkan untuk menopang peningkatan utilisasi pabrik baja di Tanah Air.
Apalagi, kata dia, pabrik baja nasional hampir belum bisa memproduksi engineering steel. Yang biasa digunakan untuk konstruksi, otomotif, hingga hingga sub-sektor minyak.
"Engineering steel kita hampir nggak bisa buat. Dan itu kita impor, sebetulnya terukur. Untuk HRC dan lainnya, kita gunakan logika sarung kapas. Kalau produksi sarung impornya benang, kalau produksi benang impornya kapas," ujar Taufiek saat rapat dengar pendapat bersama Krakatau Steel dengan Komisi VII DPR, Senin (14/2/2022).
Sementara itu, Melati mengatakan, Krakatau Steel secara reguler memasok Hot Rolled Coil/HRC (Baja Lembaran Canai Panas), Hot Rolled Pickled & Oiled (HRPO) maupun Cold Rolled Coil/Sheet (CRC/S - Baja
Lembaran Canai Dingin) untuk kebutuhan industri otomotif, pipa minyak dan gas. Juga, untuk industri peralatan rumah tangga dan elektronik.
"Kami juga menambah kapasitas produksi untuk produk HRC sebesar 1,5 juta ton per tahun di pabrik baru, Hot Strip Mill 2 (HSM 2).
"HSM 2 ini disiapkan untuk mengantisipasi peningkatan kapasitas produksi berikutnya sampai dengan 4 juta ton per tahun. Menghasilkan HRC dengan ketebalan 1,4 - 16 mm dan lebar 600 - 1.650 mm dengan salah satu target utama,otomotif," kata Melati.
Penambahan kapasitas dan investasi baru diklaim bisa subtitusi impor secara signifikan.
"Produsen HRC nasional sudah dapat memenuhi permintaan domestik baik dari sisi kualitas maupun kuantitas, sehingga berperan dalam menghemat devisa negara serta mendukung program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)," kata Melati.
Karena itu, imbuhnya, pemerintah diminya tegas melakukan pengendalian impor baja.
(dce/dce)