Amit-Amit Perang Dunia 3, Stok BBM RI Cuma 21 Hari Doang!

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
Selasa, 15/02/2022 14:35 WIB
Foto: Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi geopolitik dunia semakin panas, terutama ketika ada kabar bahwa Rusia akan memulai invasi Ukraina pada besok, Rabu (16/02/2022).

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy meminta warga untuk mengibarkan bendera negara itu dan menyanyikan lagu kebangsaan secara serempak pada Rabu (16/02/2022). Tanggal itu diakui Zelenskiy, disebut media Barat, sebagai kemungkinan awal serangan Rusia di Ukraina.

"Mereka (barat) memberi tahu kami bahwa 16 Februari akan menjadi hari penyerangan. Kami akan menjadikannya sebagai Hari Persatuan," kata Zelenskiy dalam pidato video kepada negara tersebut, dikutip Reuters, Selasa (15/02/2022).


Bila invasi ini benar terjadi, maka bisa dikatakan awal Perang Dunia III dimulai. Kondisi ini tentunya akan merugikan secara global, termasuk Indonesia. Terlebih, Indonesia merupakan negara pengimpor minyak.

Dari kebutuhan minyak sekitar 1,4 juta barel per hari (bph), kapasitas operasional kilang minyak di dalam negeri hanya sekitar 800 ribu bph, sehingga sisanya diimpor.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) RI, nilai impor minyak dan gas (LPG) RI selama Januari-Desember 2021 tercatat mencapai US$ 25,53 miliar, melonjak 79% dari US$ 14,26 miliar pada periode yang sama pada 2020.

Padahal, dari sisi volume impor migas hanya naik sekitar 12% menjadi 42,13 juta ton pada 2021 dari 37,65 juta ton pada 2020.

Pengamat perminyakan yang juga mantan Gubernur Indonesia untuk Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Widhyawan Prawiraatmadja mengatakan, panasnya situasi geopolitik di negeri Barat ini, terutama kencangnya kabar invasi Rusia ke Ukraina ini sudah tentu berdampak tidak bagus bagi Indonesia.

Menurutnya, ini akan berdampak pada kian melesatnya harga minyak dunia dan Indonesia sebagai negara net importir minyak akan mengalami lonjakan biaya pengadaan minyak.

"Hal ini secara berantai akan berpengaruh ke lokasi lain (domino effect). Ujung-ujungnya harga menjadi tinggi, dan biaya pengadaan minyak kita akan semakin besar. Jika harga domestik disesuaikan ada ancaman inflasi, jika tidak disesuaikan subsidi akan melonjak. Dampaknya bagi Indonesia jelas tidak bagus, jadi sebaiknya kita berdoa jangan sampai perang ini terjadi," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (15/02/2022).

Di sisi lain, lanjutnya, stok BBM RI juga masih minim, sehingga menambah risiko bagi Indonesia.

"Risikonya besar buat kita," imbuhnya.

Lantas, berapa besar stok BBM RI? Bisa bertahan untuk berapa lama? 

Indonesia kini memang belum memiliki spesifik stok atau cadangan BBM nasional. Yang ada saat ini baru berupa cadangan atau stok BBM operasional badan usaha penyalur BBM, seperti PT Pertamina (Persero), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), Shell Indonesia, dan lainnya.

Berdasarkan data Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), total ketahanan stok BBM PT Pertamina (Persero) misalnya, baik untuk bensin Premium (RON 88), Pertalite (RON 90), Pertamax (RON 92), dan diesel atau Biosolar, yang tersimpan pada semua fasilitas penyimpanan BBM adalah sebesar 21,27 hari.

Data ketahanan stok tersebut berdasarkan laporan harian periode 7-13 Februari 2022.

Berikut rincian kondisi stok BBM Pertamina, berdasarkan laporan periode tersebut:

1. Rata-rata ketahanan stok untuk jenis BBM (Premium, Pertalite, Pertamax dan Biosolar) pada fasilitas penyimpanan BBM di Terminal BBM (TBBM)/Depot BBM adalah sebesar 11,96 hari.
2. Rata-rata ketahanan stok untuk jenis BBM (Premium, Pertalite, Pertamax dan Biosolar) pada fasilitas kilang (refinery) adalah sebesar 1,56 hari.
3. Rata-rata ketahanan stok untuk jenis BBM (Premium, Pertalite, Pertamax dan Biosolar) pada fasilitas intransit (shipping) adalah sebesar 7,17 hari.

Perlu diketahui, stok BBM Pertamina bisa dikatakan paling tinggi dibandingkan badan usaha penyalur BBM lainnya. BPH Migas sempat menyebut bahwa stok BBM badan usaha penyalur BBM swasta lainnya hanya menyimpan stok di bawah 14 hari atau bahkan ada yang di bawah tujuh hari, dengan asumsi dalam kondisi normal sebelum terjadinya pandemi Covid-19.

Pada 2019 lalu, sebelum adanya pandemi Covid-19, Pertamina sempat mengungkapkan bahwa stok BBM perseroan rata-rata berkisar selama 21 hari, seperti stok bensin merek Premium bisa untuk 21 hari, Pertamax 22 hari, LPG 17 hari, dan avtur bisa untuk 46 hari.

Namun, saat awal Covid-19 terjadi, pada pertengahan April 2020 Pertamina mengungkapkan stok BBM saat itu melonjak, mencapai sekitar 30-an hari untuk bensin dan bahkan lebih dari 90 hari untuk avtur.

Secara rinci stok Premium pada awal April bisa tersedia untuk 35 hari (1,48 juta kl), Pertamax 41 hari (1,2 juta kl), Solar 33 hari (2,05 juta kl), Avtur 91 hari (514.788 kl), Pertamina Dex 77 hari (78.631 kl), dan LPG 16 hari (347.779 kl).


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bahlil Sebut Sumur Minyak Bisa Dibor Warga, Ini Pembelinya