
Tak Diduga, 'Harta Karun' Hijau Telah Bantu Indonesia Merdeka

Jakarta, CNBC Indonesia - Harta karun "Emas hijau" yang harganya mahal itu ternyata Vanili. Di Indonesia punya perjalanan yang sangat panjang.
Berdasarkan pantauan di beberapa platform belanja online, vanili dijual dengan harga bervariasi, mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah per kilogram.
Penjual di Shopee misalnya, menawarkan vanili dengan harga Rp 33 ribu per batang. Ada juga yang menawarkan Rp2,65 juta untuk 500 gram, atau Rp4,5 juta untuk 1 kg. Sementara di Tokopedia ada vanili dijual Rp67 ribu per 10 gram. Ada juga yang menawarkan harga promosi Rp2,85 juta per 500 gram. Harga satu kilogram ditawarkan bervariasi, Rp3,2 hingga 5 juta.
Vanili tersebut diklaim grade A, atau vanili kering Tahiti Super. Sementara untuk jenis gourmet, ada juga pedagang yang menawarkan dengan harga bervariasi Rp785 ribu hingga 852 ribu per 100 gram.
Dalam dunia dagang di nusantara, vanili bukan barang baru yang diperdagangkan.
Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), yang merupakan perusahaan terbesar dalam sejarah Indonesia yang eksis antara 1602 hingga 1799, pernah memperdagangkan tanaman ini juga. Vanili dihasilkan di beberapa daerah Indonesia, termasuk kawasan Indonesia Timur.
Setidaknya pada zaman kolonial Hindia Belanda, vanili sudah jadi bahan campuran untuk makanan zaman itu. Selama berabad-abad vanili sangat berharga, bahkan setelah VOC bubar. Setelah 1945, batang vanili tidak pernah punah sebagai komoditas perdagangan hasil bumi dari Indonesia.
Batang vanili bahkan ikut menjadi barang yang berjasa dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia Indonesia. Mayor Jenderal Soehario Padmodiwirio alias Hario Kecik, yang sekitar 1945-1949 masih berpangkat mayor, ikut menjadi saksi bagaimana vanili tampil menjadi penyelamat Republik di masa revolusi kemerdekaan Indonesia.
"Valuta atau bahan penukaran yang kami pakai dalam perdagangan gelap itu adalah perhiasan emas, berlian, candu (umpling), dan batang-batang vanili yang sangat laku pada waktu itu," aku Hario Kecik dalam Pemikiran Militer 1 Sepanjang Masa Bangsa Indonesia (2011:383)
"Harga batang-batang vanili pada waktu itu sangat tinggi (US$10-25 sen per batang)," kata Hario Kecik dalam Pemikiran Militer 3 Sepanjang Masa Bangsa Indonesia (2011). Di buku Pemikiran Militer 3 Sepanjang Masa Bangsa Indonesia (2011:10), Kecik menyebut batang vanili itu bisa ditukar dengan senjata.
"Dari 17 ton vanili batangan kita akan dapat secara barter kurang lebih 25 pucuk Bren Gun," aku Hario Kecik, yang kala itu juga perwira intelijen Republik Indonesia. Bren Gun adalah senapan serbu dengan daya hancur yang lebih besar daripada senapan biasa.
Barter vanili dengan Bren Gun itu dilakukan Mayor Hario Kecik cs dengan para serdadu dan perwira bule Koninklijk Landmacht (Angkatan Darat Kerajaan Belanda), yang sering disingkat KL, yang bertugas di sekitar kota Malang. Para serdadu dari KL bule itu, tak seganas KNIL dalam melawan Republik.
Saksi dari barter antara Kecik dengan tentara Belanda itu adalah Mayor Soejatmo, ayah dari pembalap dan pengelola sirkuit Sentul Tinton Soeprapto. Mayor Kecik membagikan senjata-senjatanya ke pasukan lain yang tidak dipimpinnya. Termasuk 2-3 Bren ke Mayor Soejatmo.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pmt/pmt)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Diam-Diam RI Punya 'Harta Karun' Hijau, Harganya Bikin Kaget!