Ternyata Gampang-Gampang Susah Dapat 'Harta Karun' Hijau RI

Damiana, CNBC Indonesia
Senin, 14/02/2022 11:15 WIB
Foto: Vanili (Dok via desa ekspor indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Vanili dijuluki sebagai 'emas hijau' karena harganya yang mahal. Berdasarkan pantauan di beberapa platform belanja online, vanili dijual dengan harga bervariasi, mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah per kilogram.

Di Shopee misalnya, penjual menawarkan vanili dengan harga Rp33 ribu per batang. Ada juga yang menawarkan Rp2,65 juta untuk 500 gram, atau Rp4,5 juta untuk 1 kg. Sementara di Tokopedia ada vanili dijual Rp67 ribu per 10 gram. Ada juga yang menawarkan harga promosi Rp2,85 juta per 500 gram. Harga satu kilogram ditawarkan bervariasi, Rp3,2 hingga 5 juta.

Vanili tersebut diklaim grade A, atau vanili kering Tahiti Super. Sementara untuk jenis gourmet, ada juga pedagang yang menawarkan dengan harga bervariasi Rp785 ribu hingga 852 ribu per 100 gram.


Mengutip situs Vanili Indonesia, harga komoditas ini mahal akibat pasokan yang terbatas. Selain itu, karakter tanaman yang kompleks juga menyebabkan harga vanili jadi mahal. Pasalnya, tenaga manusia sangat dibutuhkan dalam penyerbukan karena bentuk bunga yang tidak sempurna.

Vanili dijual dalam bentuk kering, basah, cair, atau ekstrak. Vanili memiliki rasa manis dan harum, digunakan di industri makanan dan minuman.

Masih mengutip situs Vanili Indonesia, harga vanili tahun 2022 diprediksi masih akan melejit. Untuk vanili kering batangan diprediksi bisa mencapai Rp5,2 juta per kg, harga vanili basah Rp600.000 per kg.

Pembina petani dari Koperasi Desa Ekspor Mahdalena Lubis mengatakan, biasanya petani lebih memilih menjual dalam bentuk basah.

"Kalau untuk yang kering, petani kadang ragu. Karena kalau prosesnya salah, atau prosedurnya nggak sesuai, bisa berjamur. Memang lebih murah, tapi dari pada risiko, mereka lebih memilih menjual basah," kata Mahdalena yang juga Direktur Kerja Sama Koperasi Desa Ekspor Indonesia kepada CNBC Indonesia belum lama ini.

Selain itu, lanjutnya, dengan menjual basah, petani bisa mendapat dana segar lebih cepat. Vanili yang hanya panen sekali dalam setahun, jadi tantangan tersendiri bagi petani. Untuk menanggung biaya hidup dan ongkos pertanian.

"Karena itu, panen muda jadi salah satu persoalan petani vanili. Karena isu di petani itu nggak ada buat makan sehari-hari dan harus ngutang. Sehingga, perlu mendukung petani supaya bisa mengembangkan pertanian yang sustainable. Dan pembinaan agar petani bisa menjaga supaya mutu seragam," kata Mahdalena.

Pembina petani, Hendra Sipayung menambahkan, kelembagaan petani jadi kebutuhan paling penting bagi petani vanili.

"Perlu perhatian pemerintah soal perlunya masalah traceability, kewajiban SNI, sertifikasi produk tanaman," kata Hendra.

Ketua Umum Dewan Vanili Indonesia John Tumiwa mengatakan, petani menikmati harga vanili terbaik pada tahun 2018, mencapai US$650 per kg.

"Gonjang-ganjing harga Vanili dimulai dari tahun 2000-1n. Tahun 1992-an, harga US$15 per kg, lalu anjlok ke US$5 per kg. Tahun 2014 melonjak jadi US$400, lalu turun lagi anjlok bahkan sempat US$10 per kg. Ke tahun 2016, harga bergerak naik, terus bergerak ke US$400 per kg, dan tahun 2018 melonjak jadi US$650 per kg. Dan sekarang terkoreksi. Disebut emas hijau karena harganya balap-balapan dengan emas dan perak," kata John.

Karena itu, ujarnya, tidak mudah menata tata niaga vanili dengan harga yang berfluktuasi tajam.

"Ini yang harus diubah, supaya ada kestabilan harga. Vanili itu tanaman yang simple tapi sulit. Kriteria grade mutu ditentukan dari berapa lama jeda panen saat dimulai polinasi. Kalau hanya 3 bulan, mutu akan jelek. Kalau bisa 8-9 bulan, itu mutu terbaik," kata John.

Proses bertanam yang kompleks, lanjut John, tidak pernah dikomunikasikan secara transparan kepada pembeli dan pedagang. Belum lagi, ujarnya, di tengah tren ketertelusuran (traceability) jadi salah satu syarat yang diminta pasar, di Indonesia hal itu belum bisa dilakukan.

"Karena itu, vanili itu diperdagangkan melalui pedagang yang sudah dikenal pembeli. Itu-itu saja. Dan, pembeli tidak bisa track, itu vanili dihasilkan dari mana? Sehingga, penting mempertemukan petani, pedagang, dan pembeli," kata John.

Dedy Haryadi, seorang petani vanili di Cianjur menyebutkan, harga vanili basah (biji/ vanilla beans) saat ini berkisar Rp200 ribu per setengah kilogram. Harga saat ini diakui sedang dalam fase koreksi. Dimana untuk menghasilkan 1 kg vanili kering, dibutuhkan 7 kg vanili basah.

"Soal harga itu sudah jadi bagian dari supply demand. Yang jelas, biaya pokok kita itu, sampai panen bisa berkisar Rp100-150 ribu per pohon. Di awal panen pertama, biasanya dapat setengah kilogram basah. Begitu masuk panen tahun ke-3 atau ke-4 sudah bisa break even point (impas)," kata Dedy kepada CNBC Indonesia.

Soal menjual basah atau kering, ujarnya, itu pilihan.

"Kalau bisa jual basah Rp200 ribu per kg, sudah mulai untung. Jadi, pilihan saja, lihat kondisi. Bertanamnya juga begitu, jangan sibuk soal harga. Perhatikan perkembangan pasar," kata Deddy.

Untuk menjual dalam bentuk kering, menurut dia, tidak membutuhkan teknologi canggih. Namun, tetap saja membutuhkan pengetahuan soal proses pengeringan yang tepat.

"Seperti tadi disebutkan ibu Mahdalena, kita petani banyak autodidak. Dan, kalaupun mendapatkan pelatihan, nggak semua petani sama cara mengadopsi hasil pelatihannya," kata dia.

Idealnya, kata dia, vanili dijual dalam bentuk kering.

"Tapi, karena tidak semua pemahaman petani sama, sementara pembeli maunya seragam, jadinya dia beli basah. Lebih baik dia yang mengeringkan supaya seragam," kata Deddy.

Menurut Deddy, tanaman vanili dapat tumbuh di areal 200-600 meter di atas permukaan laut. Ini adalah kategori ideal. Namun, tetap dapat tumbuh baik di lahan yang berada di atas 1.500 meter di atas permukaan laut.

Saat ini, Deddy tengah mengelola lahan seluas 20 ha, baru sekitar 10 ha yang ditanami. Lahan itu merupakan milik seorang investor India, dan mempercayakan pengelolaan kepada Deddy.

"Tanam mulai tahun 2020, sekitar 40 ribu pohon. Tapi, belum tentu hidup semua. Kalau 80% saja hidup dan berbuah, panen awal tahun depan sekitar setengah kilogram per pohon, sudah sekitar 16 ton. Polanya kita tanami jarak antar pohon 1,25 ke 2 meter. Kalau tanah datar, 1 ha bisa 4 ribuan pohon, kalau bergelombang atau bukit antara 3.200 - 3.500 pohon," kata Deddy.


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

Video: China & Rusia Latihan Militer Bersama di Laut Jepang, Ada Apa?