RI Andalkan Kedelai Impor, Mungkinkah Ada Buffer Stock?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah meminta menjamin pasokan kedelai dalam negeri di tengah melonjaknya harga bahan baku tahu tempe ini di pasar global. Saat ini Kementerian Perdagangan mulai menginisiasi beberapa langkah supaya Indonesia tidak kekurangan kedelai.
Saat ini stok kedelai yang ada di dalam negeri cukup untuk dua bulan ke depan mencapai 140 ribu ton, menyusul ada 160 ribu ton lagi yang akan diimpor. Kementerian Perdagangan juga sudah mendapatkan kepastian dari importir kedelai untuk terus menyediakan stok dalam negeri, terutama menjelang lebaran nanti.
Lantas apakah butuh buffer stock seperti komoditas beras, meski harus mengandalkan pasokan kedelai impor?
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan menjelaskan langkah itu masih dirundingkan dengan kementerian dan lembaga lain.
"Harga impor saat ini Rp11.240 per kilogram di tingkat importir, kalau dikaitkan apakah kita perlu cadangan kedelai nasional? Mungkin bisa diambil dari pasokan nasional. Biasanya cadangan nasional itu dari hasil produksi nasional," jelasnya dalam konferensi pers, Jumat (11/2/2022).
Namun sayangnya produksi nasional saat ini tidak sampai 10 - 20% dari kebutuhan nasional yang mencapai 3 juta ton. Namun menurut Oke mekanisme yang paling memungkinkan seperti itu jika terjadi kendala dalam pasokan kedelai.
"Segala kemungkinan bisa saja terjadi (kedelai punya buffer stock, red) itu termasuk gimana menyikapi kita ketergantungan dengan kedelai internasional. Namun saat ini yang dipentingkan adalah memastikan anggota Akindo (importir) menjaga ketersediaan," kata Oke.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan, setidaknya setiap tahun, perajin tempe tahu nasional membutuhkan 3 juta ton lebih pasokan kedelai.
"Tanpa pasokan kedelai, kami tidak bisa berproduksi karena itu bahan baku utama tempe kedelai. Setiap tahun perajin butuh 3 juta ton kedelai, 80% lebih itu impor. Dari lokal hanya 10% lebih," kata Aip.
(dce/dce)