Omicron Minggir! 'Kiamat' Sapi Ancam Amerika Serikat
Jakarta, CNBC Indonesia - Daging sapi di Amerika Serikat (AS) kini menjadi barang mewah. Meski dijuluki negeri barbekyu dan restoran steak, lonjakan harga daging di sana membuat masyarakat terpaksa mengurangi bahkan berhenti mengkonsumsinya.
Di rak-rak toko kelontong di lingkungan Van Ness di Washington, hanya daging giling yang tetap terjangkau bagi sebagian masyarakat. Lisa (48), ibu dari tiga remaja, salah satunya di antaranya.
"Saya kebanyakan beli ayam dan sosis. Kadang daging giling," katanya, dikutip dari AFP, Jumat (11/2/2022). "(Daging steak) terlalu mahal."
Harga untuk potongan daging sapi berkualitas bisa mencapai US$ 24,99 per pon atau 21,85 euro untuk 453 gram. Sementara toko daging di lingkungan Georgetown yang megah mengenakan biaya US$ 13 lebih untuk jenis steak yang sama.
Harga konsumen secara keseluruhan naik tujuh persen selama tahun 2021. Ini jadi tingkat inflasi sejak tahun 1982, dan data untuk Januari diperkirakan akan menunjukkan peningkatan yang berlanjut.
Pembeli Amerika melihat harga daging, unggas, ikan dan telur melonjak 12,5% tahun lalu sementara daging sapi telah melonjak sebanyak 23%, tergantung pada pemotongannya. Dengan tabungan yang semakin menipis dan harga daging yang melonjak, makan steak tidak terjangkau oleh banyak keluarga berpenghasilan rendah.
"Kalau belanja untuk keluarga, saya yakin ada pengaruhnya," kata Jay Smith, pelanggan Giant lainnya yang mengaku hanya membeli untuk dirinya sendiri.
"Saya sudah membeli lebih sedikit daging dan saya menunggu untuk melihat apakah ada (acara) yang spesial."
Jayson Lusk, kepala departemen ekonomi pertanian di Universitas Purdue di Indiana mengatakan berbagai faktor mendorong harga pangan lebih tinggi. Konsumsi telah didorong oleh menipisnya tabungan warga yang sebagian besar terjebak di rumah selama pandemi.
"Pembeli daging AS dari luar negeri, khususnya China, telah menunjukkan permintaan yang kuat di samping permintaan konsumen domestik yang kuat," kata Lusk.
Pada saat yang sama, upah di industri pengemasan daging telah meningkat hampir 20% sejak dimulainya pandemi. Peristiwa ini terjadi tengah kekurangan pekerja nasional, yang juga berdampak pada manufaktur dan transportasi, kata Lusk.
Tyson Foods, pengolah daging terbesar di AS, minggu ini menyatakan ada kenaikan harga daging karena mereka harus mengimbangi kenaikan biaya tenaga kerja untuk memenuhi permintaan yang terus melampaui kapasitasnya.
Selama tiga bulan terakhir tahun 2021, Tyson menaikkan harga daging sapi rata-rata hampir 33% dibandingkan periode yang sama tahun 2020. Sementara keuntungan perusahaan jauh melebihi ekspektasi.
Presiden Joe Biden dan Gedung Putih sendiri telah mobilisasi untuk mengurangi kenaikan, termasuk kenaikan harga daging sapi, dan menolak gagasan bahwa pandemi adalah satu-satunya penyebab. Pemerintahan Biden bulan lalu meluncurkan penyelidikan terhadap penetapan harga, bersama dengan rencana untuk mencoba mengurangi kenaikan harga.
Orang Amerika sendiri tetap menjadi salah satu konsumen daging sapi terbesar di dunia. Mereka makan 59,1 pon (26,81 kg) daging per satu orang tahun lalu, naik dari 58,4 pon pada tahun 2020.
(tfa)