Menteri ESDM Beberkan Tantangan Capai Netral Karbon di 2060

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Rabu, 09/02/2022 18:30 WIB
Foto: PLTA Rajamandala (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan sejumlah tantangan yang akan dihadapi dalam mencapai netral karbon atau net zero emission pada tahun 2060.

Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan, pihaknya telah menyusun peta jalan transisi energi secara bertahap dari 2021 hingga 2060. Peta jalan tersebut, kata Arifin saat ini sudah berjalan sesuai harapannya.

"Namun, ada beberapa tantangan, diantaranya bagaimana untuk meningkatkan infrastruktur, transmisi itu sendiri untuk menghubungkan ke sumber renewable energy. Itu semua membutuhkan modal besar," ujarnya dalam Mandiri Investment Forum 2022, Rabu (9/2/2022).


Oleh karena itu, pemerintah terus mengupayakan semua perencanaan mulai dari persiapan fiskal, regulasi, dan semuanya untuk bisa menarik investor untuk ikut andil dalam mencapai cita-cita netral karbon di Indonesia pada 2060 atau lebih cepat.

"Kami sedang mempersiapkan Peraturan Presiden untuk menarik investor agar datang. Kami baru saja meluncurkan rencana kebutuhan yang memasukkan lebih banyak renewable energi ke dalam sistem," ujarnya.

Dalam pembiayaan menerapkan transisi energi saat ini, dari sisi pembiayaan, kata Arifin pemerintah harus menggunakan skema subsidi dan kompensasi.

"Makanya kita harus memilih renewable energi yang paling kompetitif untuk diimplementasikan. Dan tentu saja untuk menjamin keuntungan kepada investor," jelasnya.

Arifin menyebut, bahwa Indonesia memiliki potensi sumber daya energi terbarukan sebesar 587 gigawatt lebih untuk dipasang hingga 2060 sesuai dengan target netral karbon.

Yang terpenting dan menjadi catatan adalah, untuk mencapai pengembangan pembangkit sebesar 587 Giga Watt itu, Indonesia membutuhkan investasi yang sangat besar, atau dalam catatan Menteri Arifin mencapai US$ 1,177 triliun atau sekitar Rp 16.831.100 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$) hingga 2060. Nilai itu setara US$ 29 miliar per tahun atau sekitar Rp 415 triliun per tahun.

"Kami berharap dapat menarik investor untuk datang bergabung dengan proyek di Indonesia. Berdasarkan target kita cukup ambisius untuk diimplementasikan, tapi bagaimanapun kita harus melakukannya," tandas Arifin.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: China Tegaskan Fentanil Hanya Masalah Bagi AS