Ekonomi RI Tumbuh 3,6%, Prestasi Pemerintah atau Beruntung?

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Selasa, 08/02/2022 15:59 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan ekonomi menyebut pemerintah jangan berpuas diri setelah ekonomi Indonesia berhasil tumbuh positif selama 2021. Apalagi capaian tersebut besar dipengaruhi oleh keberuntungan.

Hal ini dikemukakan oleh Rizal Taufikurahman, Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan INDEF dalam konferensi pers yang digelar Selasa (8/2/2022)


Keberuntungan yang dimaksud adalah lonjakan harga komoditas internasional. Terutama pada komoditas andalan Indonesia batu bara, bauksit, tembaga hingga minyak kelapa sawit. Sehingga mendorong kenaikan ekspor dan penerimaan negara.

"Momentum pas, negara yang sedang di pasar dunia sedang butuh produk tambang, batu bara, sawit dan komoditas dan pertambangan lain sedang dibutuhkan," kata Rizal.

"Apakah hanya beruntung? saya kira iya," tegasnya.

Meski demikian, Rizal juga melihat ada peningkatan pada produksi barang non migas karenakan permintaan pasar global. Diketahui beberapa negara maju sukses mengakselerasi perekonomiannya selepas resesi akibat pandemi covid-19.

Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia tumbuh 3,6% pada 2021. Khusus untuk kuartal IV, pertumbuhan mencapai 5,02% atau lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

INDEF melihat pertumbuhan pada Oktober-Desember tersebut, selain ekspor, didorong oleh konsumsi rumah tangga yang berangsur pulih didorong oleh periode akhir tahun yang biasanya mendorong konsumsi.

Belanja pemerintah masih bermasalah dalam hal kualitas. Terutama di daerah, di mana dana yang seharusnya diberikan kepada masyarakat, justru hanya tersimpan di perbankan. Pada pemerintah pusat, belanja tidak optimal pada program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 pada akhir tahun mencapai Rp658,6 triliun atau 88,4 persen dari pagu Rp744,77 triliun.

Pertumbuhan dari sisi lapangan usaha masih bertopang pada sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; sektor Pertambangan dan Penggalian; sektor Konstruksi; dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor di kuarta lIV yang porsinya besar pada pembentukan PDB. Tumbuhnya sektor-sektor tersebut selain mendorong pertumbuhan ekonomi, juga dapat mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja.

INDEF juga menyoroti rendahnya peran perbankan dalam mendorong pemulihan. Likuiditas yang berlimpah tidak dimanfaatkan bank untuk menyalurkan kredit. Menurut INDEF, perlu pertumbuhan kredit minimal dua kali dari pertumbuhan ekonomi agar target pertumbuhan tercapai. Sementara itu, DPK pada 2019- 2021 tumbuh hingga 24,69 persen sedangkan pada 2020-2021 tumbuh 12,2 persen (yoy).


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: AMRO Ungkap Risiko Pembengkakan Rasio Utang RI Terhadap PDB