Adik Prabowo Jawab Tudingan Faisal Basri Soal Proyek IKN
Jakarta, CNBC Indonesia - Adik dari Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo menanggapi tudingan soal adanya cuan atau keuntungan yang dirinya dapatkan dari proyek ibu kota negara (IKN) di Kalimantan Timur.
Sebelumnya, Ekonom Senior Faisal Basri mengungkapkan, bahwa pemerintah sudah bagi-bagi rezeki terhadap sosok-sosok yang disebut terlibat di dalam proyek besar IKN Nusantara, salah satunya Hashim Djojohadikusumo.
"Saya terkejut dan kecewa karena nama saya disebut-sebut seolah-olah bagian dari oligarki dan dapat rezeki dari pemerintah, dapat pembagian proyek dari pemerintah," jelas Hashim dalam konferensi pers, Selasa (8/2/2022).
Hashim menjelaskan, pada 2007 bahwa pihaknya telah membeli lahan sebesar 265.000 hektar (ha) di dekat Balikpapan, yang di dalamnya juga terdapat pelabuhan kecil, pohon jati seluas 450 ha.
Pada 2013, Hashim kemudian melepaskan 93.000 ha ke masyarakat dan pemerintah daerah setempat, yang diklaim Hashim tanah tersebut dilepaskan tanpa adanya kompensasi apapun.
Kemudian, pada 2015-2016, Hashim mengembangkan proyek reboisasi atau penanaman hutan kembali dengan skema tumpang sari. Di mana di sisa lahan yang dimilikinya itu ditanam berbagai jenis macam pepohonan.
Di samping proyek reboisasi tersebut, Hashim kemudian mulai mengembangkan proyek air bersih untuk bisa dialirkan ke sejumlah kota di Kalimantan Timur.
"Juga untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk industri. Yang kami ajukan ke industri-industri seperti Kilang Pertamina, pabrik kertas, pabrik sawit dan sebagainya. Mereka semuanya memerlukan air bersih atau jernih," jelas Hashim.
Dalam mengembangkan proyek air bersih tersebut, pada 2016 Hashim juga memutuskan menunjuk perusahaan konsultan dari Belanda untuk membuat studi kelayakan, apakah di lahan yang dimilikinya itu layak atau tidak dibangun proyek air bersih yang besar di Kalimantan Timur.
"Studi kelayakan itu menunjukkan bahwa proyek air bersih di Kaltim sangat layak dan feasible dan bisa dilaksanakan dan dibangun. Tujuannya adalah untuk supply air bersih ke Kota Balikpapan, Samarinda, Kota Bangun, Tenggarong, Kabupaten Penajam Paser Utara dan sekitarnya," jelas Hashim.
"Itu tiga tahun sebelum pengumuman oleh Pak Jokowi akan menjadikan (Kaltim) sebagai IKN baru, ini tiga tahun sebelumnya," kata Hashim melanjutkan.
Oleh karena itu, tudingan dari Ekonom Senior Faisal Basri yang menyebut bahwa Hashim memperoleh rezeki dari pengadaan air bersih, disanggah oleh Hashim.
Pasalnya, proyek air bersih yang dibangunnya itu sudah ada sejak 2016 silam, sebelum ditetapkannya Kaltim sebagai IKN baru.
"Saya bisa katakan itu bohong. Ini kebohongan besar dan tidak ada deal politik. Semata-mata untuk melayani atas permintaan masyarakat Kaltim. [...] Proyek saya sudah ada sebelum adanya penetapan IKN," jelas Hashim.
Hashim menyayangkan tudingan yang dilontarkan Faisal Basri tersebut kepada dirinya. Menurut Hashim, sebagai seorang economy scientist, Faisal seharusnya bisa mengkroscek atau menanyakan langsung ke dirinya.
"Bisa saya katakan tudingan itu seperti fitnah dan kita anggap pemberitaan yang sampah, dangkal dan bodoh. Inii yang saya sesalkan. Kalau ada pernyataan selanjutnya, tolong dicek dulu fakta, check the facts baru ngomong-ngomong," ujar Hashim geram.
Lagipula, kata Hashim, usaha dan lahan yang dimiliki dirinya tidak ada sangkut pautnya dengan kakaknya, Prabowo Subianto. "Lahan itu yang dimiliki adiknya. Belum tentu usaha saya, usaha kakak saya juga."
Sebelumnya, Faisal Basri mengungkapkan, bagi-bagi rezeki terjadi kepada sejumlah sosok yang terlibat di dalam proyek besar IKN.
Yang pertama disebutkan adalah politikus Gerindra Hashim Djojohadikusumo. Ia dikatakan oleh Faisal dapat 'rezeki' pengadaan air bersih di ibu kota baru.
"Semua nanti ditunjuk langsung, bahkan sudah ada yang ditunjuk, misalnya Hashim Djojohadikusumo memperoleh rezeki dapat pengadaan air bersih. Undang-undang belum ada sudah dibagi, apalagi undang-undangnya sudah ada," jelas Faisal.
Sementara itu, kakak Hashim, Prabowo Subianto, dan pengusaha Sukanto Tanoto adalah pihak yang disebut mengelola lahan ibu kota baru. "Kita tahu lahannya dikelola oleh Prabowo dan Sukanto Tanoto. Kita tidak tahu bagaimana perundingannya," tegas ekonom kelahiran Bandung, 6 November 1959, itu.
Tak sampai di situ, nama Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga tak ketinggalan. "Kemudian ada lagi lubang-lubang bekas ditinggalkan oleh perusahaan Luhut Pandjaitan, dianggap sudah tidak ada tuh. Harusnya kan diaudit dulu kerusakan lingkungannya berapa. Nah, ini jadinya ada pembersihan dari dosa-dosa masa lalu juga," papar Faisal.
(cap/mij)