Internasional

Bumi Gonjang-Ganjing, Akankah Perang Dunia III akan Terjadi?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
07 February 2022 15:15
Pesawat K-8 China
Foto: Pesawat K-8 China (AP/Kin Cheung)

China pun ikut terseret dalam pusaran konflik geopolitik ini. Di tengah persoalan Ukraina, Beijing dan Moskow mulai membangun kerja sama untuk membendung hegemoni AS sekutunya.

Dalam sebuah pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin, kedua negara sepakat untuk mendeklarasikan kemitraan "tanpa batas". Beijing mendukung permintaan Rusia agar Ukraina tidak diterima di NATO, sementara Moskow menentang segala bentuk kemerdekaan bagi Taiwan.

"Persahabatan antara kedua negara tidak memiliki batas, tidak ada bidang kerja sama yang 'terlarang'," kata kedua negara dalam pernyataan bersama dikutip Reuters, Sabtu (5/2/2022).

Tak hanya soal Ukraina dan Taiwan, keduanya pun juga membuat deklarasi sikap bersama atas beberapa persoalan dunia. Berikut daftarnya dikutip dari keterangan resmi pascapertemuan kedua pemimpin:

1. Rusia menyuarakan dukungannya terhadap sikap China bahwa Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari China, dan menentang segala bentuk kemerdekaan pulau itu.

2. Moskow dan Beijing juga menyuarakan penentangan mereka terhadap aliansi AUKUS antara Australia, Inggris dan Amerika Serikat, dengan mengatakan hal itu meningkatkan bahaya perlombaan senjata di wilayah tersebut.

3. China bergabung dengan Rusia dalam menyerukan diakhirinya perluasan NATO dan mendukung permintaannya akan jaminan keamanan dari Barat.

4. China dan Rusia menyatakan keprihatinan tentang "kemajuan rencana AS untuk mengembangkan pertahanan rudal global dan menyebarkan elemen-elemennya di berbagai wilayah di dunia, dikombinasikan dengan pengembangan kapasitas senjata non-nuklir presisi tinggi untuk melucuti serangan dan tujuan strategis lainnya".

Selain empat butir poin kerjasama yang disepakati ini, Negeri Tirai Bambu juga meminta agar Washington mau menghormati keputusan Rusia yang melakukan mobilisasi pasukan besar-besaran ini karena kekhawatiran Moskow terkait masuknya Kiev ke dalam NATO.

Dalam sejarahnya, China sendiri juga memiliki ketegangan dengan AS dan sekutunya terkait persoalan teritorial. Hal ini terkait klaim atas Taiwan dan juga mengenai Laut China Selatan. Beijing seringkali menuduh bahwa AS berada di belakang plot kemerdekaan Taiwan yang mereka diklaim sebagai wilayah kedaulatannya.

Kerjasama ini pun membuat AS juga ikut melontarkan ancaman kepada China. Terbaru, AS memperingatkan setiap entitas China yang masih terlibat dalam kegiatan ekspor ke Rusia. Dalam keterangan pers, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price menegaskan akan ada konsekuensi serius bila perusahaan Negeri Tirai Bambu tetap meneruskan hal ini.

"Kami memiliki serangkaian alat yang dapat digunakan jika melihat perusahaan asing, termasuk yang ada di China, melakukan tindakan untuk mengisi kembali kontrol ekspor AS, menghindarinya atau menyiasatinya," kata Price dalam jumpa pers dikutip CNBC International, Jumat (4/2/2022).

(tps/tps)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular