Mitigasi Gunung Api, Sirine Peringatan Dini Disiapkan

Pratama Guitarra, CNBC Indonesia
06 February 2022 19:20
Damaged houses lie at Taal volcano almost a year after it erupted on Sunday, Jan. 10, 2021 in Batangas province, Philippines. A popular tourist destination just south of Manila because of its picturesque setting in the middle of a lake, Taal erupted on Jan. 12, 2020. The eruption displaced thousands of villagers living near the area and delivered an early crisis this year for one of the world's most disaster-prone nations a couple of months before the COVID-19 pandemic broke in the country. (AP Photo/Aaron Favila)
Foto: Perkampungan di kaki Gunung Taal, Filipina, kini tidak lagi dihuni setelah erupsi pada 12 Januari 2020. (AP/Aaron Favila)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dalam hal ini Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyiapkan mitigasi peringatan dini bencana gunung api atau early warning system (EWS) berupa sirine. Terdapat tiga sirina yang disiapkan remote dari kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).

Kepala BPPTKG), Badan Geologi Kementerian ESDM, Hanik Humaida menyampaikan bahwa tujuan dari Early Warning System (EWS) pada saat terjadi bencana erupsi gunungapi adalah agar masyarakat dapat segera menyelamatkan diri dari bahaya.

"EWS juga dapat diartikan sebagai peringatan paling akhir pada kejadian bahaya erupsi gunung api," ungkap Hanik, Kamis (3/2) lalu.



Ia mencontohkan, Gunung Merapi memiliki EWS berupa sirine, terdiri dari 3 sirine yang bisa di-remote dari kantor BPPTKG, dan 3 sirine lain yang harus dinyalakan secara manual di pos pengamatan Gunung Merapi. Sirine tersebut, dinyalakan hanya ketika dalam kondisi darurat.

"Pada 25 Oktober 2010 lalu, sirine dibunyikan ketika status gunung merapi menjadi awas dan ketika terjadi fenomena awan panas besar," terangnya.

Menurut Hanik, kelebihan yang dimiliki sirine sebagai EWS adalah unggul dalam hal kecepatan, karena langsung memberikan pesan 'bahaya' kepada masyarakat ketika berbunyi. Di sisi lain, sirine juga memiliki kelemahan saat terjadi awan panas yang memiliki kecepatan luncuran mencapai 100 KM/jam.

"Maka hanya dalam 3 menit awan panas dapat menjangkau 5 KM." jelas Hanik.

Menurutnya, hal yang utama dalam mitigasi bencana adalah menyiapkan masyarakat agar mampu memberikan respon terhadap early warning system secara cepat dan tepat.

"Kita harus memberikan pemahaman kepada masyarakat apa saja sumber ancaman dari bencana gunung api, patuhi Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB). Sehingga jika ada peringatan dini, sudah menjadi suatu perilaku atau budaya, dan secara otomatis masyarakat bisa menyelamatkan diri," tutupnya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Simak! Begini Status Terkini Gunung Semeru-Merapi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular