Ada Fenomena Ribuan Ton Migor 'Disimpan' Pedagang, Kok Bisa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Produsen minyak goreng memprediksi ada sekitar 400 ribu kiloliter minyak goreng yang masih tertahan di pedagang, baik ritel modern, pasar tradisional, maupun toko/ warung.
"Februari ini bisa chaos. Sekarang semua macet. Di domestik juga macet. Di Desember 2021 pedagang beli minyak goreng yang mahal, Rp18-19 ribu per liter. Tahu-tahu di Januari 2022 disuruh jual Rp140.000, trus Februari ada HET Rp11.500 - 14.000 per liter. Pedagang mau rugi nggak," kata Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga kepada CNBC Indonesia, Jumat (4/2/2022).
Meski ada subsidi selisih harga dari dana BPDPKS, imbuh dia, hal itu tidak bisa menutupi kekhawatiran pedagang.
"BPDPKS mana mau terima dokumen saja, dia maunya bukti fisik. Berapa ribu outlet? Apakah BPDPKS bisa? Jadinya, macet. Perkiraan saya ada sekitar 400 ribu kiloliter minyak goreng yang tersandera di pedagang, total premium, kemasan sederhana, hingga curah. Itu stok sekitar 2 bulan," kata Sahat.
Karena itu, dia menambahkan, perlu penyelesaian segera agar distribusi minyak goreng tidak terganggu.
Setiap bulannya, ujar dia, produsen memasok sekitar 320 ribu minyak goreng ke pasar. Sekitar 95-100 ribu diantaranya adalah minyak goreng kemasan premium. Sisanya, kemasan sederhana dan curah.
"Pedagang atau peritel biasanya punya stok 2 bulanan. Artinya, mereka juga menunggu lot yang baru, minyak goreng yang diproduksi untuk HET terbaru. Kalau tidak ada solusi, pedagang atau peritel mungkin terpaksa bakal melepas stok mereka, meski merugi karena tadinya dibeli mahal. Karena bunga bank, pinjaman, kan tetap berputar," kata Sahat.
Di sisi lain, Indonesia merupakan negara kepulauan. Sehingga, akan membutuhkan waktu untuk distribusi minyak goreng secara menyeluruh hingga pelosok Indonesia.
"Sering dilupakan, kita ini negara kepulauan. Beda dengan Malaysia yang 1 daratan. Dari lokasi produsen di Kalimantan di Sumatera, bisa butuh waktu 1 bulan hingga masuk ke ritel/ pedagang," kata Sahat.
(dce/dce)