
Xi Jinping & Putin Resmi Bertemu "4 Mata", Ini Kisi-kisinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden China Xi Jinping melakukan pertemuan tatap muka pertamanya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Jumat (4/2/2022). Pertemuan ini terjadi saat kedua negara dengan bersitegang dengan negara-negara Barat.
Seorang penasihat penting Kremlin pada konferensi pers, Rabu (2/2/2022), mengatakan Xi dan Putin akan bertemu di Beijing sebelum negara mereka mengeluarkan pernyataan bersama tentang keamanan dan masalah lainnya. Kemudian keduanya akan menghadiri upacara pembukaan Olimpiade pada Jumat malam.
"Koordinasi kebijakan luar negeri antara Rusia dan China didasarkan pada pendekatan yang erat dan bersamaan untuk memecahkan masalah global dan regional," tulis Putin, sebagaimana dilaporkan dalam artikel kantor berita pemerintah China Xinhua yang dikutip AFP.
Dia juga mengecam boikot diplomatik Barat yang dipimpin Amerika Serikat (AS) terhadap Olimpiade Beijing yang dipicu oleh catatan hak asasi manusia China.
"Sayangnya, upaya sejumlah negara untuk mempolitisasi olahraga untuk kepentingan egois mereka baru-baru ini meningkat," tulis Putin, menyebut langkah seperti itu secara fundamental salah.
Ketegangan yang meningkat dengan negara-negara Barat telah memperkuat hubungan antara China dan Rusia. Putin bahkan jadi pemimpin asing pertama yang mengkonfirmasi kehadirannya pada upacara pembukaan Olimpiade.
Sementara itu, China juga menjadi lebih vokal mendukung Rusia dalam perselisihannya dengan NATO atas Ukraina. Pekan lalu, menteri luar negeri China Wang Yi menyebut masalah keamanan Rusia sah, mengatakan mereka harus "dianggap serius dan ditangani".
Moskow mencari dukungan setelah pengerahan 100.000 tentaranya di dekat perbatasannya dengan Ukraina. Ini mendorong negara-negara Barat untuk memperingatkan invasi dan mengancam "konsekuensi berat" dalam menanggapi setiap serangan Rusia.
China menikmati banyak dukungan dari Uni Soviet sebelum menjadi Rusia setelah pembentukan pemerintahan Komunis pada tahun 1949. Tetapi kedua kekuatan sosialis itu kemudian berselisih karena perbedaan ideologis.
Hubungan kini kembali ke jalurnya saat Perang Dingin berakhir pada 1990-an. Kedua negara ini telah mengejar kemitraan strategis dalam beberapa tahun terakhir, membuat mereka bekerja erat dalam masalah perdagangan, militer, dan geopolitik.
.
(tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Xi Jinping & Putin Bakal Bicara "4 Mata", Bersatu Serang AS?