Ini Harta Karun Top 6 Dunia di RI, Tahan Untuk 96 Tahun

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
04 February 2022 14:10
Unit Bisnis Pengelolaan (UBP) Bauksit PT. Antam yang berlokasi di Kecataman Tayan, Kalimantan Barat, dok ESDM
Foto: Unit Bisnis Pengelolaan (UBP) Bauksit PT. Antam yang berlokasi di Kecataman Tayan, Kalimantan Barat, dok ESDM

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia kaya akan sumber daya alam, khususnya harta karun sumber daya mineral yang langka dan sangat dibutuhkan oleh dunia. Salah satunya adalah mineral bauksit yang saat ini tercatat memiliki kapasitas cadangan bauksit di posisi ke-6 di dunia.

Dengan memiliki kapasitas cadangan jumbo yang diakui terbesar ke-6 di dunia ini, bauksit asal Indonesia diprediksi bisa bertahan hingga 96 tahun atau sampai tahun 2116, karena memiliki cadangan mencapai 2,9 miliar ton, dengan tingkat produksi 30 juta ton per tahun (data tahun 2020).

"Cadangan Bauksit Indonesia Berada di posisi ke-6 Dunia, dengan jumlah cadangan sebesar 2,9 miliar ton. Diperkirakan dengan asumsi tingkat produksi sekitar 30 Juta Ton/tahun, maka umur Cadangan tersebut akan bertahan selama 96 Tahun atau sampai tahun 2116," terang Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia, Rizal Kasli, kepada CNBC Indonesia, Jumat (4/2/2022).

Sejatinya, harta karun bauksit yang dinilai terbesar keenam di dunia itu, kata Rizal, kegiatan eksplorasinya masih bisa dikembangkan lagi. Rizal berharap kegiatan eksplorasi bisa digiatkan lagi untuk menambah umur cadangan terbukti atau proven reserves.

"Peluang Indonesia di bidang industri aluminium ini cukup besar yaitu dengan memiliki cadangan terbesar, peningkatan kebutuhan aluminium untuk kendaraan listrik dan EBT dan penggunaan material ringan dan ramah lingkungan," ungkap Rizal.

Seperti yang diketahui, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ngotot sekali untuk menghentikan ekspor mineral mentah salah satunya adalah bauksit yang rencananya akan berjalan pada tahun 2022 ini.

Tercatat, dari kapasitas produksi bauksit sebanyak 30 juta ton per tahun, sekitar 23,2 juta ton bijih bauksit dilakukan ekspor oleh 98 Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP OP) yang yang tersebar di Kepulauan Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Rizal Kasli menyampaikan, bahwa produksi bauksit di tanah air mencapai 30 juta ton (data tahun 2020), sementara fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) di tanah air hanya ada dua.

Smelter tersebut milik PT Well Harvest Winning Alumina dan PT Indonesia Chemical Alumina di Kalimantan Barat. Adapun kapasitas feeding ore dari smelter tersebut hanya sekitar 6 juta - 7 juta ton ore.

"Dengan produksi bauksit sekitar 30 juta ton, maka porduksi tersebut tidak akan tertampung di dalam negeri dengan jumlah smelter yang ada. Berarti ada kelebihan sekitar 23 juta ton," terang Rizal Kasli.

Dari kacamata Rizal, akan ada tambahan tiga smelter bauksit lagi untuk dalam negeri. Menurut asumsinya, kelak dengan terciptanya tiga smelter bauksit tersebut maka kebutuhan bijih bauksit untuk smelter sekitar 9 juta - 10 juta ton. Artinya masih akan ada kelebihan produksi sekitar 13 juta ton.

Sehingga, kata Rizal, masih dibutuhkan sekitar tiga atau empat smelter lagi untuk mengimbangi produksi bijih bauksit saat ini. "Saat ini baru beroperasi 2 smelter/refinery, 2 dalam pembangunan dan 1 dalam tahap studi kelayakan," ungkap Rizal.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dihantui Larangan Ekspor, Smelter Bauksit Tertatih-tatih!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular