Nggak Cuma Pandemi, Ini Pemicu Anjloknya Okupansi Perkantoran

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Kamis, 03/02/2022 16:15 WIB
Foto: Supply Terus Naik Hingga WFH Tekan Bisnis Penyewaan Kantor

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada tahun 2022 ini okupansi perkantoran masih diprediksi masih tertekan. Imbas dari penurunan permintaan karena pandemi, hingga suplai yang melonjak.

Okupansi perkantoran dari sejumlah riset juga menunjukan tren penurunan. Dimana seperti Colliers Indonesia mencatatkan okupansi perkantoran berada di atas 83% namun saat ini turun menjadi 78% untuk wilayah CBD, Begitu juga dengan riset Leads Property juga mencatatkan angka okupansi 76%.

Director Leads Property Darsono Tan, menjelaskan okupansi perkantoran pada tahun sebelum tahun 2015 memang tinggi hampir menyentuh level 90%, kemudian menurun menjadi level 70% saat-saat ini.


Dia melihat okupansi perkantoran juga akan semakin tertekan pada tahun 2022 sampai 2023 mendatang, karena tambahan gedung yang melimpah.

"Tahun ini diprediksi okupansi menurun menjadi 71% sampai akhir 2022, ini yang kita sebut tenant market, dimana kondisi pasar pro pada penyewa ketimbang pemilik gedung. Dimana mereka bisa perpanjang sewa jauh lebih murah. Kondisi ini juga berlanjut sampai 2023," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (3/2/2022).

Dia melihat penurunan okupansi disebabkan adanya tekanan dari penambahan pasokan gedung, namun permintaan masih sedikit.

Dimana banyak perusahaan yang menahan ekspansi ruang kantor, karena pandemi.

"Mereka masih wait and see dimana mengevaluasi gaya kerja di masa depan," jelasnya.

Selain itu ada juga perusahaan yang mengurangi jumlah ruang kantor 10% - 50% terkait dengan efisiensi biaya perusahaan.

Dari catatannya ada 360 ribu meter persegi tambahan ruang kantor baru di wilayah CBD DKI Jakarta. Ada empat project yang akan selesai seperti Jakarta Mori Tower, Rajawali Place, Autograph Tower, dan Luminary Tower.

Foto: Ilustrasi Gedung (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Kamis (20/9/2018). Lembaga riset properti Colliers International Indonesia dalam laporannya menyebutkan ada 500.000 ribu square meter lahan perkantoran baru yang siap disewakan di Jakarta hingga akhir 2018. Di mana 64% di antaranya berada di kawasan sentral bisnis atau Central Business Dictrict (CBD).Sayangnya, naiknya jumlah kantor tidak diikuti dengan kenaikan permintaan. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Sementara permintaan ruang kantor diprediksi hanya 60 ribu - 75 ribu per tahun. Sehingga tidak bisa mengimbangi supply yang ada.

"Demand belum sebesar dan kembali ke tahun 2018 - 2019," jelasnya.

Meski begitu, minat pencarian kantor saat ini mulai ramai dari perusahaan sektor teknologi, fintech, hingga logistik. Meski demand belum sebesar tahun 2018 - 2019 yang lalu.

Direktur Eksekutif Jakarta Property Institute (JPI) Wendy Hartanto, mengatakan minat ruang kantor tetap ada meski trennya saat ini mulai menurun.

"Pandemi ini menyerang ke tingkat okupansi dari sewa kantor tradisional. Ke depan ruang kantor masih diperlukan," kata Wendy, kepada CNBC Indonesia.

Dia melihat ruang kantor masih diperlukan, namun dengan dengan bentuk yang lebih casual. Dimana masuk ke bangunan low rise dan masuk pada area permukiman. Preferensi masyarakat juga lebih memilih bekerja secara hybrid.

JPI sebelumnya sudah melakukan Survey pada 2021 lalu, bertajuk City After the Pandemic, dimana menunjukkan 60% dari 408 responden memilih bekerja dengan cara hybrid.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Okupansi Merosot Efek Efisiensi, Gimana Cara Hotel Bertahan?