Produksi CPO Meleset, Harga Minyak Goreng Aman?

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
03 February 2022 06:35
Laboratorium pengembangan B40 milik ESDM. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Laboratorium pengembangan B40 milik ESDM. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) diprediksi tidak akan sesuai proyeksi. Atau, lebih rendah dari ekspektasi, sebesar 46,88 juta ton.

Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitanggang mengatakan, sektor kelapa sawit Indonesia menghadapi tantangan produksi. Dimana, sejak tahun 2018, produktivitas menurun akibat tidak maksimalnya pemupukan.

Di sisi lain, kesuksesan program replanting perkebunan kelapa sawit rakyat hingga saat ini belum terukur. Karena itu, Togar memperkirakan, tidak ada lagi peak season untuk produksi.

Jika tidak ditangani segera, kata dia, produksi bisa terus turun dan Indonesia akan mengalami kurang pasokan di tahun 2024/2025.

"Produksi tahun ini bisa lebih rendah dari proyeksi 46,88 juta ton. Artinya, stok awal tahun 2022 akan lebih rendah dibandingkan stok awal tahun 2021. Harga masih akan berlanjut naik," kata Togar saat pemaparan virtual Outlook Perkebunan 2022, Senin (31/1/2022).

Togar memproyeksikan, stok awal tahun 2022 adalah 3,57 juta ton, lebih rendah dari awal 2021 sebesar 4,86 juta ton. Produksi CPO tahun 2022 diprediksi naik jadi 48 juta ton, dengan estimasi awal produksi 2021 sebesar 46,88 juta ton.

Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton.Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton.

Total konsumsi diprediksi naik jadi 52,68 juta ton, dibanding tahun 2021 sebesar 51,35 juta ton. Dimana lokal konsumsi sebesar 9,6 juta diantaranya adalah untuk industri makanan. Naik dari tahun lalu yang 8,95 juta ton.

Konsumsi CPO untuk biodiesel tahun 2022 ditaksir mencapai 8?82 juta ton. Naik dari 2021 sebesar 7,34 juta ton.

"Tahun 2022 akan diawali stok rendah, produksi kuartal pertama ini akan ke level terendah. Ada yang prediksi produksi bisa kembali normal di kuartal-II," ujarnya.

Sementara itu, pemerintah memberlakukan kebijakan wajib pasok kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/ DMO). Yang diikuti dengan domestic price obligation (DPO). Dengan DMO, eksportir minyak goreng wajib memasok CPO maupun RBD palm oil setara 20% dari total volume ekspornya.

Kementerian Perdagangan mengklaim, kebijakan DMO dan DPO minyak sawit adalah lanjutan paket regulasi pemerintah dan bisa menekan dan menjaga kestabilan harga minyak goreng.

"Harga akan stabil tinggi dan ini disadari oleh Kemendag. Sekarang, kita menunggu, apakah kebijakan DMO bisa berhasil (menekan harga minyak sawit). Harga FOB CPO sudah menyentuh US$1.450 per ton karena sentimen DMO," kata Togar.


Penguatan harga CPO tentu akan berdampak ke harga produk turunannya, termasuk minyak goreng. Meski, saat ini pemerintah telah memberlakukan harga eceran tertinggi (HET) dan DMO/ DPO untuk menekan harga. Bahkan, telah menggelontorkan dana BPDPKS untuk subsidi harga minyak goreng satu harga di bulan lalu.

Sementara, pemerintah telah mengumumkan rencana uji jalan atau road test kendaraan berbahan bakar biodiesel campuran minyak sawit 40% (B40) pada Februari 2022. Dimana uji laboratorium untuk pemanfaatan B40 sudah berlangsung sejak 2020 dan 2021.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan,lonjakan harga CPO saat ini tidak terlepas dari dampak kebijakan Indonesia, yang mendorong penggunaan biodiesel. Dan diakui menjadi penyebab lonjakan harga CPO dan itu menguntungkan Indonesia.

Dengan program B30, konsumsi CPO pun meningkat. Dan, akan semakin bertambah jika B40 dilaksanakan.

"Yang buat CPO ini tinggi adalah Republik Indonesia. Sebagai penghasil CPO terbesar dunia, bikin B30, harganya meloncat. Dan ini sangat menguntungkan Indonesia," kata Lutfi saat Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, (31/1/2022)

Sementara, Togar mengatakan, program biodiesel, atau blending CPO adalah instrumen yang dirancang menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan di pasar.

"Artinya, kalau harga terlalu tinggi dan berdampak ke harga minyak goreng, dan ini menyangkut masyarakat banyak. Nah, sebenarnya bisa menggunakan instrumen ini untuk menstabilkan harga," kata Togar.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sah! Luhut Tetapkan DMO Migor 300 Ribu Ton Per Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular