
Bukan Cuma Rusia - Ukraina, Harga Minyak Mendidih Karena AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Konflik antara Rusia dan Ukraina belum bisa dibendung, kondisi ini tentunya sangat mengkhawatirkan global atas harga-harga komoditas khusunya harga minyak mentah dunia. Belum juga berlangsung perang, harga minyak mentah dunia sudah 'mendidih' atau mengalami kenaikan yang signifikan.
Dikutip dari CNBC, harga minyak mentah Brent pada Selasa (1/2/2022) ditutup pada level US$ 91,21 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS mencapai US$ 88,15 per barel.
Sejatinya, kenaikan harga minyak mentah dunia itu bukan hanya menyoal konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina saja. Namun, faktor lainnya adalah karena Amerika Serikat (AS) menurunkan stok minyak, yang memungkinkan dunia sedikit mengalami kelangkaan suplai.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Satya Widya Yudha juga mengatakan demikian, Ia bilang bahwa penurunan stok minyak mentah terjadi akibat adanya gangguan infrastruktur pada beberapa waktu yang lalu.
"Penurunan minyak di AS yang mana mereka menurunkan minyak sekitar 872 ribu barel. Ini mempunyai dampak, dia menekan daripada penurunan stoknya," terang Satya Yudha kepada CNBC Indonesia, Senin (31/1/2022).
Sampai saat ini, kata Satya belum terlihat komitmen AS untuk kembali mengerek produksi minyak mentahnya tersebut. Padahal dalam meeting yang terjadi di Organisasi negara-negara pengekspor minyak bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) 4 Januari 2022 lalu, AS betul-betul komitmen untuk meningkatkan produksi.
"Jadi kalau sudah meningkatkan produksi otomatis bisa menekan harga atau menstabilkan harga. dua faktor ini yang kita lihat," ungkap Satya Yudha.
Satya menilai, dengan menurunkan stok produksi minyak mentahnya, AS sudah pasti memperhitungkan apa yang sedang terjadi di Yaman dan yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina. Ia memperhitungkan apakah The Fed akan menaikan suku bunga. "Itu juga yang menjadi faktor-faktor dan yang perlu kita amati," ungkap Satya.
Jadi, kata Satya, tren kenaikan harga minyak mentah dunia ini juga terjadi bukan melulu soal suplai demand. Sebab, kalau suplai demand dalam situasi yang peaceful itu akan lebih mudah di atasi.
"Tapi kita memasukkan faktor geopolitik ini variabelnya menjadi tinggi. betul-betul nanti perang terjadi, itu juga pasti akan menimbulkan dampak terhadap minyak dunia, tinggal bagaimana OPEC mau tidak meningkatkan harga produksinya? Kalau mau, sedikit banyak menjadi balance terhadap tekanan geopolitik," tandas Satya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Waspada Minyak Global, Tolong Siapkan Intervensi!
