Waspada Perang Dunia Ke-3, Harga Minyak Sudah Melebihi APBN

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
31 January 2022 16:15
DEN: Produksi Minyak Nasional Harus Ditingkatkan
Foto: DEN: Produksi Minyak Nasional Harus Ditingkatkan

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan geopolitik yang membuat Rusia dan Ukraina memanas, membuat harga minyak mentah dunia ikut mendidih. Sejak pekan lalu, harga minyak mentah dunia sudah mengalami kenaikan dan bertengger di angak US$ 90 per barel.

Tercatat, Minyak mentah jenis brent dan jenis light sweet masing-masing menguat 2,43% dan 1,97% sepanjang pekan.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Satya Widya Yudha menyampaikan bahwa ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina telah membuat Indonesia khawatir. Khususnya atas harga komoditas seperti minyak mentah dunia. Kondisi geopolitik ini menjadu salah faktor penentu pasokan energi di dunia.

"Jadi kalau tadi (Menkeu) Sri Mulyani melihat kekhawatiran, bisa dimengerti dan dimaklumi karena asumsi harga minyak untuk Indonesia, asumsi harga minyak di APBN tahun 2022 itu US$ 63 (per barel)," ungkap dia kepada CNBC Indonesia, Senin (31/1/2022).


Seperti yang diketahui, Indonesia memiliki ketergantungan minyak cukup besar terhadap luar negeri. Di antaranya sebanyak 27% bahan bakar minyak impor, bahan bakar bensin sebesar 56%, dan LPG sebanyak 85%. Adapun harga minyak dunia tersebut menyentuh level US$ 90 per barel rekor tertinggi sejak 7 tahun terakhir.

"Jadi ini memang perlu kita cermati dengan baik supaya apa yang terjadi, ketegangan geopolitik dunia ini paling tidak, tidak berdampak ke domestik," papar Satya.

Meski demikian, Satya mengaku hal ini tidak mudah untuk dilakukan. Pasalnya, harga minyak ditentukan oleh pergerakan pasar sehingga Indonesia hanya menerima dampak dari pegerakan tersebut.

Satya menambahkan, jika tak diintervensi oleh pemerintah Indonesia, tren kenaikan harga minyak dunia itu akan memicu inflasi di tengah masyarakat. Belum lagi perekonomian nasional baru mengalami pemulihan dari kondisi pandemi Covid-19.

"Kita berharap itu tidak terjadi, maka pemerintah intervensi apabila harga BBM yang sekarang di pasaran masih kita pertahankan dengan harga yang ada, kecuali kalau memang yang round lebih tinggi, seperti Pertamax Plus dan lain sebagainya. Mereka walaupun mengikuti mekanisme pasar, paling tidak dia masih minta izin pemerintah untuk mematok harga-harga tersebut," katanya.

Langkah ini, kata dia, menjadi salah satu untuk mencegah terjadinya inflasi di masyarakat. Lebih lanjut, di samping intervensi pemerintah, ia juga berharap ada intervensi dari negara-negara anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dengan meningkatkan produksi minyak.

"Kita mencoba untuk melihat beberapa waktu ke depan karena saya yakin Februari kalau nggak salah, itu ada rapat OPEC di sana. Kita lihat apakah pada rapat tersebut menguntungkan untuk menstabilkan harga dunia," pungkas Satya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Waspada Minyak Global, Tolong Siapkan Intervensi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular