Internasional

Tewaskan 858 Orang, NeoCov Bukan Varian Baru Covid-19?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
01 February 2022 10:30
INFOGRAFIS, Fakta dan Data Deltacron, Gabungan Virus Covid-19 Delta dan Omicron
Foto: Infografis/Deltacron/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia kembali dikejutkan dengan kemunculan varian baru virus corona bernama NeoCov. Varian baru ini pertama kali diketahui dari sebuah laporan penelitian yang dirancang oleh ilmuwan China.

Hal ini pun menjadi sebuah ancaman baru. Pasalnya, saat ini dunia masih dilanda pandemi Covid-19 di mana virus itu terus berkembang. Apalagi, terbaru ini muncul varian Omicron yang lebih menular dan juga varian Delta yang cukup mematikan.

NeoCoV sendiri sebenarnya bukan varian baru dari virus corona yang telah menyebabkan pandemi global. Virus tersebut berasal dari jenis virus corona yang berbeda, yang terkait dengan sindrom pernapasan Timur Tengah (Mers-CoV). Mers-CoV adalah virus yang ditularkan ke manusia dari unta dromedari  yang terinfeksi.

Virus ini bersifat zoonosis, artinya ditularkan antara hewan dan manusia dan dapat ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan hewan.

"Mers-CoV telah diidentifikasi pada dromedari di beberapa negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan," kata Organisasi Kesehatan Dunia, dikutip dari Media Internasional berbasis di Inggris, Independent, Minggu (30/1/2022).

"Secara total, 27 negara telah melaporkan kasus sejak 2012, menyebabkan 858 kematian yang diketahui karena infeksi dan komplikasi terkait."

WHO mengatakan 35% pasien yang terinfeksi Mers-Covid telah meninggal, meskipun kemungkinan juga karena kasus-kasus bawaan yang mungkin terlewatkan oleh sistem pengawasan yang ada.

Sementara itu, dari segi penularan, tidak ada bukti sejauh ini yang menyebut bahwa virus itu bertransmisi dengan sangat cepat dan masif. Peneliti menyebut bahwa studi mengenai NeoCov ini masih terus dilakukan

"Kita perlu melihat lebih banyak data yang mengkonfirmasi infeksi pada manusia dan tingkat keparahan yang terkait sebelum menjadi cemas," ungkap Profesor Lawrence Young, seorang ahli virus di Universitas Warwick, kepada The Independent.

Prof. Young menambahkan bahwa virus corona khusus ini tampaknya tidak dinetralisir oleh antibodi manusia yang dilatih untuk menargetkan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, atau Mers-Cov.

"[Studi] pra-cetak menunjukkan bahwa infeksi sel manusia dengan NeoCoV sangat tidak efisien. Ini adalah pelajaran penting yang perlu kita pelajari yang membutuhkan integrasi yang lebih baik dari penelitian penyakit menular pada manusia dan hewan," tutupnya.


(tps/wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Temukan Virus NeoCov, Lebih Mematikan dari Covid Delta?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular