Internasional

Panas Ukraina! AS-Inggris Siapkan 'Meriam' untuk Putin Cs

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Selasa, 01/02/2022 07:20 WIB
Foto: Pasukan cadangan yang baru bergabung dalam Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina mengikuti latihan militer di pinggiran Kyiv, Ukraina, Sabtu (29/1/2022). Puluhan warga sipil telah bergabung dengan tentara Ukraina dalam beberapa pekan terakhir di tengah kekhawatiran tentang invasi Rusia. (AP Photo/Efrem Lukatsky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Inggris menyatakan akan menerapkan sanksi bagi elit Rusia yang dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin jika negara itu melakukan invasi ke Ukraina. 

Dalam sebuah pernyataan, Senin (31/1/2022), Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mendesak Putin untuk mundur setelah pihaknya melakukan mobilisasi pasukan besar-besaran ke wilayah sekitaran Ukraina. Liz menyebut London telah menyiapkan UU mengenai sanksi itu.

"(Kami) mendesak Putin untuk 'mundur dari jurang' setelah penumpukan pasukan Rusia di dekat Ukraina memicu kekhawatiran perang, dan memperingatkan setiap serangan akan memicu sanksi terhadap perusahaan dan orang-orang yang dekat dengan Kremlin," ujar menteri asal Partai Konservatif itu, dikutip dari Reuters, Selasa (01/02/2022).


Tak hanya Inggris, AS juga mengatakan bahwa telah menandai setiap individu yang dekat dengan Putin. Sanksi yang dijatuhkan akan berbentuk beberapa hal seperti pembekuan aset.

"Orang-orang yang telah kami identifikasi berada di atau dekat lingkaran dalam Kremlin dan memainkan peran dalam pengambilan keputusan pemerintah atau setidaknya terlibat dalam perilaku destabilisasi Kremlin," kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki kepada wartawan.

Di sisi lain, Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut peringatan ini sangat mengganggu. Ia bahkan mengatakan pernyataan ini akan membuat negara-negara seperti Inggris kurang menarik bagi investor.

"Sebuah serangan oleh negara tertentu terhadap bisnis Rusia menyiratkan tindakan pembalasan, dan tindakan ini akan dirumuskan berdasarkan kepentingan kami jika perlu," kata Peskov.

Rusia menambahkan bahwa tidak ada bukti Moskow merencanakan aksi militer ke Ukraina. Melalui Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menyebut bahwa tuduhan itu merupakan provokasi pihak Barat.

"Rusia memang sering mengerahkan pasukan di wilayahnya sendiri sementara krisis Ukraina adalah masalah domestik," tandasnya.

Ketegangan yang terjadi di Ukraina sendiri awalnya disebabkan oleh keputusan Rusia yang mengirimkan pasukan ke wilayah dekat negara itu. Ini membuat Kiev terganggu dan meminta bantuan pakta pertahanan pimpinan AS, NATO. Pasalnya, kehadiran pasukan Rusia memiliki sejarah yang cukup buruk dengan lepasnya wilayah Krimea pada 2014 lalu.

Di sisi lain, Rusia khawatir dengan hegemoni AS dan NATO di Eropa Timur. Dalam pembicaraan damai dengan Barat terkait Ukraina, Moskow bahkan meminta jaminan NATO tak akan memasukkan Ukraina ke dalam pakta pertahanannya.

Dalam sebuah laporan BBC, diyakini ada 175 ribu tentara Rusia bersiaga di perbatasan Rusia-Ukraina. Sementara itu, dalam laporan The Hills, AS dan NATO pun mengirimkan kapal induk dan fregat ke Laut Hitam dan akan menggelar latihan perang besar-besaran.


(tps/wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Serangan Udara Rusia Hantam Penjara dan RS di Ukraina