Batu Bara Minggir, Energi Hijau China Bakal Meroket di 2022

Jakarta, CNBC Indonesia - Sumber energi baru terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), diperkirakan akan menguasai 50% dari total kapasitas pembangkit listrik China pada akhir 2022 ini.
Bila ini terjadi, maka ini artinya untuk kali pertama energi non fosil bisa menyamai bauran energi fosil pembangkit listrik China. Perkiraan tersebut disampaikan oleh Dewan Kelistrikan China (China Electricity Council/ CEC), dikutip dari Reuters, Jumat (28/01/2022).
China, konsumen batu bara terbesar dunia, diperkirakan akan menambah 180 Giga Watt (GW) pembangkit listrik baru berbasis non fosil selama 2022. Dengan demikian, ini bisa meningkatkan total kapasitas pembangkit listrik non fosil di Negeri Tirai Bambu ini menjadi 1.300 GW, berdasarkan China Electricity Council.
Perkiraan itu berarti menandai total kapasitas pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan di China akan mencapai separuh dari total kapasitas pembangkit listrik di China yang ditargetkan mencapai 2.600 GW pada akhir 2022. Dari total kapasitas tersebut, 1.140 GW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara.
China telah berjanji untuk "mengendalikan" konsumsi batu bara pada periode 2021-2025 dan membawa total kapasitas angin dan surya menjadi setidaknya 1.200 GW pada akhir dekade ini untuk membatasi emisi karbon sekitar tahun 2030 dan mencapai netralitas karbon pada 2060.
CEC pada awal bulan ini menyebut bahwa industri pembangkit listrik di China, yang berkontribusi terhadap sekitar 41% emisi karbon di negara tersebut, dapat membatasi emisi karbonnya pada 2028.
Dewan Kelistrikan China tersebut juga memperkirakan bahwa konsumsi listrik China pada 2022 akan naik 5%-6% menjadi 8,7-8,8 triliun kilo Watt-hour dibandingkan 2021.
"(Kami) mengharapkan situasi pasokan dan permintaan listrik pada tahun 2022 secara umum seimbang di seluruh negeri. Tetapi beberapa wilayah dapat mengalami krisis listrik selama jam-jam permintaan puncak di musim panas dan musim dingin," kata CEC, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (28/01/2022).
[Gambas:Video CNBC]
Dilema Listrik Murah Tapi Gak Eco-friendly Vs EBT Tapi Mahal
(wia)