
Mal Legendaris DKI Sepi, Kenapa Mal Mewah Ramai?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi pusat perbelanjaan segmen trade center sepi seperti ITC Roxy hingga ITC Ambassador sudah terjadi sejak sebelum pandemi. Hal ini dikarenakan perubahan pola tren bisnis ritel.
Namun kontras jika melihat mal atau pusat perbelanjaan kelas atas seperti Grand Indonesia, Pondok Indah, hingga Plaza Senayan yang masih sangat ramai dari pengunjung.
Dewan Pembina Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan, sebelum pandemi, bisnis trade center sudah turun. Karena daya tarik tempat perbelanjaan itu hanya transaksi jual beli.
Terlebih toko-toko offline ini juga sudah tergerus dengan adanya perdagangan elektronik (e-commerce). Sehingga yang selama ini aktivitas perdagangan tatap muka sudah tergantikan.
"Tidak ada daya tarik lain selain jualan di toko saja," jelas Ridwan kepada CNBC Indonesia, Jumat (28/1/2022).
Sedangkan mal lebih ramai karena berhubungan dengan gaya hidup. Dimana banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan selain khusus membeli barang.
"Ini memang untuk hiburan perkotaan, membuat keluarga happy. Kalau di ITC itu rata-rata dagang saja. Mal punya atrium, punya tempat pameran," tuturnya.
Dia melihat pilihan barang yang ditawarkan tentu berbeda mulai dari merek hingga harga. Untuk makan direstoran juga punya pilihan yang lebih beragam dengan gaya yang khas.
"Yang bikin menarik juga tempat nongkrong lebih asik, sajian makanan udah beda, tata unik mendukung gaya hidup," jelasnya.
![]() Pengunjung melintas di kios yang terpampang tulisan "Dijual/Sewa" di ITC Fatmawti, Jakarta, Senin (2/8/2021). Pandemi Covid-19 mengacak-acak kemapanan bisnis di sejumlah pusat perbelanjaan salah satunya di ITC Fatmawati. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) |
Selain mal sebagai penunjang gaya hidup, daya beli masyarakat menengah ke bawah juga belum pulih, meski arahnya sudah semakin positif.
"Sebenarnya tidak terlalu berpengaruh ke daya beli, masyarakat menengah ke atas juga berbelanja di trade center. Tapi memang saat ini belum pulih saja," jelasnya.
Efek domino pandemi membuat banyak sektor usaha terdampak, membuat pendapatan masyarakat juga berkurang.
"Jadi ya sekarang orang beli yang lebih penting saja, selektif sama pengeluaran," jelasnya.
Dari pemberitaan sebelumnya, ITC Division Head Sinar Mas Land Christine N. Tanjungan mengungkapkan bahwa geliat pusat perbelanjaan memang tidak seperti sebelum pandemi, dimana kala itu orang lebih berani keluar rumah. Akibat sepinya kunjungan, modal kerja pun ikut-ikutan terpengaruh.
Kondisi itu diperparah dengan berubahnya model bisnis saat ini dan beberapa tahun lalu. Dulu, banyak pedagang yang lebih mengandalkan penjualan secara offline atau bertemu secara langsung.
"Bicara okupansi pedagang yang berdagang, pasti belum bisa kembali seperti dulu sebelum pandemi, belum bisa kembali karena banyak sebab. Karena pandemi sendiri mungkin ada yang memang modal kerja hilang, habis karena dia nggak bisa beroperasi, cost keluar, bisa juga dia nggak buka toko," katanya kepada CNBC Indonesia, Kamis (27/1/22).
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mal Legendaris Jakarta Pada Sepi, Ternyata Sejak Lama!