
Bukan Bom, 'Senjata Mematikan' Rusia Buat Eropa dalam Bahaya

Eropa sangat bergantung pada gas Rusia. Menurut data badan data Eurostat di tahun 2020, Rusia menyumbang sekitar 38% dari impor gas alam Uni Eropa, mengirimkan hampir 153 miliar meter kubik.
Ini terjadi di tengah produksi domestik Eropa yang menurun. Produksi Belanda yang pernah menjadi produsen gas utama di Uni Eropa (UE) misalnya, jeblok seiring penutupan bertahan ladang besar di Groningen akibat gema bumi karena dipicu produksi gas.
Ini juga seiring meningkatnya permintaan Jerman, yang berambisi menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) untuk memenuhi tujuan lingkungan. Hal sama dengan Inggris yang menutup pembangkit listrik nuklir.
Meskipun Eropa telah melakukan investasi besar dalam energi terbarukan seperti angin dan tenaga surya, tulis The New York Times, ternyata sumber pasokan konvensional masih dibutuhkan. Pembangkit listrik berbahan bakar gas adalah salah satu dari sedikit pilihan yang tersisa.
"Ini adalah semacam momen 'oh my God' di mana kawasan itu menyadari bahwa itu sangat bergantung pada gas Rusia," kata, kepala penelitian makro global di bank Belanda ING, Carsten Brzesk.
Berharap pada LNG
Sementara itu, beberapa opsi dimunculkan. Termasuk menjaga pasokan ke Eropa dengan pengiriman gas alam cair (LNG).
LNG akan diangkut kapal tangker alih-alih pipa, misalnya dari AS dan Qatar. Sebagian dari pasokan itu, dilaporkan CNN International kini sudah beralih ke Eropa, karena produsen tertarik dengan harga tinggi.
Analis mengatakan Eropa akan menerima rekor jumlah LNG pada bulan Januari. Tetapi lebih banyak lagi yang dibutuhkan jika impor dari Rusia turun tajam.
"Produksi LNG global sudah cukup datar," kata Alex Froley, seorang analis pasar LNG di Independent Commodity Intelligence Services.
"Mengubah rute perdagangan juga bisa menimbulkan tekanan pada pasar pengiriman."
CSIS juga mengatakan pengiriman LNG bisa membantu Eropa. Tapi mengirimkannya ke negara-negara di Eropa yang paling membutuhkannya akan membutuhkan logistik yang kompleks.
"Semenanjung Iberia adalah titik panas untuk terminal impor LNG" tidak akan mudah untuk mengarahkan gas ekstra ke seluruh Eropa melalui jaringan pipa yang ada karena keterbatasan kapasitas," tulis lembaga think tank Bruegel.
Meski demikian, sejumlah analis mengatakan penghentian gas mungkin tak akan diambil Rusia. Ini pasti meningkatkan ketegangan dan menyatukan Eropa melawan Moskow.
"Skenario terburuk dari penghentian total ekspor gas Rusia ke UE tetap sangat tidak mungkin, karena itu akan menandai pelanggaran kontrak besar-besaran oleh pemasok yang dikendalikan negara, Gazprom (BUMN Rusia)," kata direktur program energi di konsultan Eurasia Group, Henning Gloystein, dalam sebuah catatan ke klişen.
(sef/sef)[Gambas:Video CNBC]