15 Tahun Baru Terungkap! Ada 'Mahkota Raja' di Lumpur Lapindo

Jakarta, CNBC Indonesia - Semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur sudah terjadi sejak Mei 2006, itu artinya sudah 15 tahun kejadian semburan lumpur panas itu terjadi. Tapi siapa sangka, semburan lumpur selama 15 tahun ini baru terungkap adanya 'mahkota raja' berupa cadangan mineral yang langka.
Indikasi awal, terdapat beragam cadangan mineral langka yakni mineral logam tanah jarang atau rare earth element dan juga mineral super kritis atau Critical Raw Material seperti Lithium (Li) dan Stronsium (Si).
Koordinator Mineral Pusat Sumber Daya Mineral Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian ESDM, Moehammad Awaluddin menyampaikan bahwa berdasarkan penyelidikan umum di Lumpur Lapindo, Sidoarjo ditemukan adanya mineral kritis dengan kadar yang cukup tinggi yaitu lithium dan stronsium
Bahkan, untuk mineral logam tanah jarang (LTJ), kata Awaluddin indikasi temuannya cukup rendah. "Yang cukup tinggi dan coba sedang ditindak lanjuti adalah lihtium dan stronsium," terang Awaluddin kepada CNBC Indonesia, Selasa (25/1/2022).
Dia bilang, indikasi temuan lithium itu bisa menjadi bagian dari bahan baku baterai kendaraan listrik. Sehingga bisa mendukung program kendaraan listrik nasional. Sementara stronsium bisa digunakan untuk bahan baku kebutuhan elektronik.
Jika memang indikasi adanya 'mahkota raja' lithium dan stronsium itu benar-benar ada. Indonesia akan bisa mandiri dalam pengembangan baterai kendaraan listrik. Ditambah adanya potensi nikel, cobalt dan mangan yang dimiliki Indonesia untuk mengembangakan baterai kendaraan listrik itu.
"Ini baru penyelidikan umum dan tindaklanjuti dari Puslitbang Tekmira pada saat itu. Pasti dari kegiatan pengeboran masih jauh dan bornya masih bor tangan 5 meter," ungkap Awaluddin.
Atas adanya indikasi temuan lithium dan stronsium itu, pihaknya saat ini fokus kepada uji ekstraksi. Bahkan, di tahun 2021 Puslitbang Tekmira sudah menindaklanjuti hal tersebut dan fokus ke logam lithium tersebut.
Karena, metode esktraksi itu bisa dikenal saat ini dan skala lab dengan recovery yang cukup. "Jadi, memang kita pada saat 2020 ini tujuan penyelidikan tidak fokus ke salah satu logam. Namun logam yang bernilai ekonomi, kita lakukan uji. Hasilnya itu mengerucut lithium dan stronsium yang cukup strategis untuk kegiatan memenuhi bahan baku materalistik tadi," tandasnya.
Setelah melakukan ekstraksi, fokus selanjutnya, kata Awaluddin, adalah menindak lanjuti keekonomian dari 'harta karun' tersebut. Adapun kelayakan ekonomi itu akan ditingkatkan statusnya melalui kajian-kajian lainnya baik dari segi penambangan dan lingkungan.
"Ada 10 kajian yang kita lakukan di sana, hingga sampai tahapan apakah ini ekonomis di tambang atau tidak," tandas dia.
Dalam catatan Kementerian ESDM, kebutuhan litium untuk pengembangan kendaraan listrik hingga 2030 mencapai 758.693 ton. Jumlah tersebut untuk kebutuhan baterai 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit motor listrik.
Sementara dari catatan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marinves) unsur logam lithium berpotensi ada daerah Tikus, Bangka Belitung, Hatapang, Pegunungan Tiga Puluh, Aceh dan Sumatera dengan catatan perlu survey lebih terinci.
Minarak Group selaku Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) minyak dan gas bumi (migas) pengelola wilayah kerja migas (WK Migas) Brantas, tengah melakukan kajian internal dengan menyiapkan tim ahli untuk menelusuri adanya indikasi 'mahkota raja' super langka tersebut.
Seperti diketahui, Minarak Brantas Gas bersama dengan Lapindo Brantas Inc dan PT Prakarsa Brantas adalah pengelola wilayah kerja migas Brantas, yang mana diketahui sebelumnya area lumpur lapindo masuk ke dalam wilayah kerja migas tersebut.
Sekretaris Perusahaan Minarak Group, Ananda Arthaneli menyampaikan bahwa sejauh ini pihaknya masih melakukan kajian di internal atas adanya inidikasi mineral logam tanah jarang di lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur itu.
"Di mana kami juga melibatkan beberapa tim ahli. Jika sudah ada Hasil yang pasti akan kami beritahukan. Kami sangat berharap apapun itu semoga suatu hal yang dapat bermanfaat bagi kita semua," terang Ananda kepada CNBC Indonesia, Senin (24/1/2022).
Sayang dia belum menjelaskan detil, atas hasil kajian internal tersebut. Dia juga belum bisa menyebutkan, jika kelak memang ditemukan adanya 'harta karun' super langka itu, apakah akan diproduksi langsung oleh Minarak dan Lapindo Brantas serta PT Prakarsa Brantas.
"Untuk nanti diproduksi oleh siapa kami belum mempersiapkan itu. Namun pastinya kami akan kordinasi bersama pemerintah," ungkap dia.
Dia mengungkapkan bahwa, untuk tanah dan bangunan di area lumpur Lapindo yang merupakan bagian dalam Peta Area Terdampak (PAT) 2007 sudah dilakukan jual beli oleh PT MLJ merupakan jaminan dalam rangka pinjaman Dana Antisipasi sesuai yang diatur Perpres 76 tahun 2015 dan diatur dalam Perjanjian Dana Antisipasi.
Tanah lumpur Lapindo itu kini bukan lagi masuk ke dalam Blok migas Brantas. Seperti diketahui, pada 3 Agustus 2018 lalu Kementerian ESDM sendiri telah memberikan perpanjangan kontrak untuk blok migas atau WK Brantas, sehingga bisa beroperasi hingga tahun 2040.
"Saat ini kami masih berdiskusi dengan pemerintah terkait dengan settlement. Tanah Lumpur Sidoarjo tersebut saat ini bukan merupakan bagian dari Blok Brantas," tuturnya.
"Kalau untuk tanah dan bangunan dalam PAT 22 Maret 2007 sudah dilakukan jual beli oleh PT MLJ adalah milik PT MLJ, namun merupakan jaminan dalam rangka pinjaman Dana Antisipasi. Sampai saat ini terkait settlement kami masih melakukan diskusi dan kordinasi dengan pihak pemerintah," paparnya.
[Gambas:Video CNBC]
Fakta Baru 'Harta Karun' di Lumpur Lapindo, Segini Jumlahnya
(pgr/pgr)