
Geger Pekan Ini, Lumpur Lapindo Ada Harta Karun Rebutan Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam pekan ini, publik digegerkan atas temuan 'harta karun' berupa adanya kandungan mineral kritis di Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur. Kandungan mineral kritis tersebut adalah Lithium dan juga Stronsium.
Sebagaimana diketahui, kendati dunia sedang mengarah ke zaman serba canggih, Lithium dan Stronsium ini sedang dicari di belahan dunia. Contoh, Lithium adalah mineral kritis sebagai bahan baku pembuat baterai kendaraan listrik, sedangkan Stronsium sebagai bahan baku industri elektronik.
Dari catatannya Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), kandungan Lithium di Lumpur Lapindo, Sidoarjo itu kadarnya mencapai 99 - 280 PPM sementara untuk Stronsium kadarnya mencapai 255 - 650 PPM.
"Ini terus kami update datanya karena untuk tahun 2022 masih dalam analisis di laboratorium kami," ungkap Kepala Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian ESDM, Hariyanto kepada CNBC Indonesia, Dikutip Kamis (15/12/2022).
Di tahun 2022 ini juga, Badan Geologi terus menindaklanjuti dengan melakukan penyelidikan pendahuluan di daerah sisi utara Lumpur Lapindo, Sidoarjo. Adapun untuk temuan Lithium dan Stronsium yang ada di Lumpur Lapindo itu sedang dilakukan pengujian ekstraksi oleh mitra di Kementerian ESDM tepatnya di balai besar pengujian mineral dan batu bara atau TEKMIRA.
Tak hanya itu, ada juga kerjasama dalam hal pengujian dan eksplorasi serta ekstraksi atas Lithium dan Stronsium tersebut.
Seperti yang diketahui, untuk mencari Lithium dalam pengembangan baterai kendaraan listrik di Indonesia. Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam perhelatan KTT G20 di Bali beberapa waktu sampai merayu Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese untuk bekerja sama memproduksi baterai mobil listrik di Indonesia. Jokowi meminta Albanese untuk langsung membawa lithium ke Indonesia.
"Saya hanya menawarkan kepada PM Anthony Albanese. Kita (Indonesia) punya nikel, kalau digabung itu bisa jadi baterai mobil listrik. Saya minta kepada PM Albanese untuk lithiumnya bisa dibawa ke Indonesia. Kita bersama-sama melakukan hilirisasi di Indonesia," kata Jokowi dalam acara B20 Summit Indonesia di Nusa Dua, Bali, Senin (14/11/2022).
Bakrie Group Menanti Kepastian Pengelolaan
Sementara itu, Minarak Group, bagian dari Grup Bakrie, akhirnya buka suara terkait adanya temuan 'harta karun super langka' itu. Seperti diketahui, sebelumnya area Lumpur Lapindo ini masuk ke dalam wilayah kerja (WK/Blok) minyak dan gas bumi (migas) Brantas yang dikelola Lapindo Brantas Inc, PT Prakarsa Brantas, dan PT Minarak Brantas Gas.
Adapun Minarak Brantas Gas Inc adalah bagian dari Grup Bakrie. Berdasarkan laporan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), pada bagian transaksi dengan pihak-pihak berelasi diketahui bahwa Minarak Brantas Gas Inc. adalah perusahaan yang dahulu bernama Lapindo Brantas Inc.
Lantas, apakah Minarak tertarik untuk mengelola "harta karun super langka" di Lumpur Lapindo ini?
Corporate Secretary Minarak Group Ananda Arthaneli mengakui pihaknya juga masih menunggu regulasi dari pemerintah terkait skema pengelolaan kandungan mineral kritis maupun logam tanah jarang di Lumpur Sidoarjo ini.
"Saat ini kami juga sedang menunggu regulasi pemerintah mengenai skema pengelolaannya," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (15/12/2022).
Meski tidak menyebutkan secara gamblang terkait ketertarikan perusahaan untuk mengelola logam tanah jarang maupun lithium di Lumpur Lapindo ini, namun dia menyebut perusahaan selalu mengamati dinamika yang terjadi di area ini.
"Karena LuSi (Lumpur Sidoarjo) sudah merupakan bagian dari kami, dinamika yang ada di sana senantiasa selalu kita amati," ujarnya.
Menurutnya, skema pengelolaan lithium di Lumpur Sidoarjo ini masih ditunggu pihaknya karena bagaimana pun ada sebagian wilayah terdampak berada di area milik perusahaan.
"Sedangkan skema pengelolaannya merupakan domain pemerintah, walaupun secara kewilayahan ada sebagian wilayah terdampak berada di area kami," ucapnya.
Kendati demikian, pihaknya mengakui bahwa kandungan mineral di Lumpur Sidoarjo ini sudah diteliti dan dipublikasikan secara terbatas pada 2008.
Ananda mengungkapkan, mineral kritis tersebut sudah melalui beberapa tahapan penelitian, termasuk untuk mengetahui nilai keekonomiannya. Selain sejumlah peneliti dari universitas dalam dan luar negeri, maupun instansi pemerintahan, menurutnya internal perusahaan juga ikut meneliti terkait kandungan mineral kritis di Lumpur Lapindo ini.
"Hal ini pun tanpa bermaksud mencari, namun menemukan hal baru. Semua menyatakan bahwa sepertinya memang ada kandungan unsur tanah jarang," ungkapnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Temuan Harta Karun Super Langka Ini Bisa Bikin RI Jadi 'Raja'