
'Biang Keladi' Konflik Rusia-Ukraina, Putin yang Cemburu?

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman Perang Dunia III mungkin saja terjadi. Apalagi dengan kehadiran Pakta Pertahanan Atlantik Utara The North Atlantic Treaty Organization (NATO) di perbatasan Ukraina-Rusia.
Aktivitas itu memancing reaksi Rusia. Militer negara itu bahkan disebut tak akan tinggal diam.
"Tindakan ini dan peningkatan aktivitas NATO di dekat perbatasan kami tidak dapat diabaikan oleh militer kami, yang bertanggung jawab atas keamanan negara kami," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov berbicara Senin (24/1/2022) waktu setempat, dikutip dari kantor berita TASS.
Rusia telah mengirimkan kapal perang Stoiky dan Soobrazitelny ke Laut Baltik. Belum lagi tentara yang disebar ke Belarusia, negara sekutu Moskow yang juga tetangga Ukraina.
Sementara itu Amerika Serikat (AS) sebagai bagian dari NATO mengaku akan mengerahkan 8.500 tentara ke Ukraina. AS juga telah mengirimkan kapal induk Harry S. Truman ke Laut Hitam.
Ukraina dulu bukanlah yang sekarang. Dulu Ukraina rapat dengan Rusia. Namun pemimpin Ukraina yang sekarang lebih suka merapat ke Barat. Ukraina sendiri berikhtiar menjadi bagian NATO.
Dulu waktu Perang Dingin, sebelum 1990, orang-orang Ukraina dan Rusia bersatu dalam sebuah negara federasi bernama Uni Soviet. Negara komunis yang kuat di zaman Perang Dingin itu.
Uni Soviet setelah Jerman kalah dan PD II selesai, memiliki pengaruh di belahan timur Eropa. Tak heran jika negara-negara di benua Eropa bagian timur juga menjadi negara-negara Komunis.
Uni Soviet bersama China adalah musuh dari AS dan negara barat lainnya dalam Perang Dingin. Negara komunis era Perang Dingin digolongkan sebagai Blok Timur, sementara yang anti komunis berada di Blok Barat.
Di sekitar Eropa untuk melawan negara komunis, AS dkk mendirikan NATO dan di sekitar Asia Tenggara. AS mendukung pakta pertahanan Asia Tenggara South East Asia Treaty Organization (SEATO).
Uni Soviet dan sekutunya tentu saja membuat Pakta Pertahanan sendiri. Pada 14 Mei 1955, mereka membangun Pakta Warsawa.
Setelah adanya pakta-pakta pertahanan Blok Barat vs Blok Timur itu, terjadi perlombaan senjata antara dua kubu. Kedua blok kerap terlibat dalam perang saudara di Asia dan Afrika.
Pada 1991, Uni Soviet dan Pakta Warsawa bubar. Setelah komunis bukan lagi ancaman, AS menjadikan Islam garis keras sebagai ancaman dunia. Namun, NATO tak pernah bubar.
Rusia, sebagai inti penting dari Uni Soviet itu, tetap menjadi negara besar dan kuat. Di zaman Vladimir Putin, Rusia juga terlihat menakutkan bagi negara-negara barat.
Meski Perang Dingin sudah lama dianggap selesai, permusuhan AS dengan Rusia masih ada. Rusia yang pernah "satu rumah" di masa lalu dalam negara Uni Soviet, tampak "cemburu" kedekatan Ukraina dengan negara barat.
Sementara negara barat dalam NATO tampak ingin mendominasi banyak hal di sekitar Eropa. Termasuk dalam masalah militer.
"Prinsip kami, perlunya NATO untuk menghentikan ekspansi berkelanjutannya ke timur," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov kala bertemu dengan sejawatnya Menlu AS Anthony Blinken di Jenewa Swiss.
"Mengenai perlunya menghentikan ekspansi NATO, banyak yang bertanya mengapa kami menganggapnya penting. Itu hanya karena blok itu awalnya ditujukan untuk Uni Soviet dan sekarang bertindak melawan Rusia, yang menurut dokumen doktrinalnya," tambahnya lagi.
"Ketika negara-negara Eropa Timur, yaitu Polandia dan negara-negara Baltik, berusaha untuk bergabung dengan NATO, kami memperingatkan Barat bahwa itu akan menjadi kesalahan."
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pmt)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tiba-Tiba Putin Ngomong Soal Kripto dan Minyak, Ada Apa?