Tomat Mulai Menanjak, Ini Pemicu Harga Pangan Betah di Atas

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
26 January 2022 13:10
Ilustrasi Pasar Kebayoran Lama. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Pasar Kebayoran Lama. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Situs infopanganjakarta.go.id mencatat, harga rata-rata tomat hari ini, Selasa (26/1/2022) naik jadi Rp17.625 per kg dibanding harga kemarin. Dengan harga tertinggi mencapai Rp23.000 per kg di pasar Tebet Barat dan terendah di pasar Klender SS yakni Rp10.000 per kg.

Grafik pergerakan harga tomat di Jakarta menunjukkan, tren kenaikan sejak awal Januari 2022, setelah berfluktuasi sejak akhir tahun 2021.

Sementara harga cabai merah besar juga terpantau naik hari ini. Padahal, harga cabai, termasuk cabai rawit merah sudah sempat turun setelah melayang tinggi hingga awal tahun 2022.

Ilustrasi tomat. (Dok: Pixbay)Foto: Ilustrasi tomat. (Dok: Pixbay)
Ilustrasi tomat. (Dok: Pixbay)


Di pasar Induk Kramat Jati, harga cabai merah besar melonjak Rp1.000 menjadi Rp55.000 per kg. Harga rata-rata Jakarta naik hampir Rp500 menjadi Rp38.135 per kg. Sementara harga cabai rawit merah naik sekitar Rp200 menjadi Rp44.538 per kg.

Situs Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional juga mencatat, harga gula dan bawang masih dalam tren naik. 

Bank Indonesia mencatat, tomat, cabai rawit, dan bawang merah turut menyumbang inflasi Januari 2022 sampai dengan minggu-III. Dimana tomat sebesar 0,05%, cabai rawit dan bawang merah masing-masing sebesar 0,02%. Angka ini adalah inflasi secara bulanan.

Managing Director PT East West Seed Indonesia (Ewindo) Glenn Pardede mengatakan, lonjakan harga sejumlah produk pertanian saat ini adalah efek domino pandemi Covid-19.

"Awal-awal pandemi, petani takut hasil produksinya akan susah terjual. Petani tomat dan cabai itu banyak beralih ke tanaman sayuran daun, ini terpantau dari naiknya penjualan bibit sayuran daun Ewindo. Berbeda dengan cabai dan tomat butuh 3 bulan, tanaman sayuran daun hanya butuh 1 bulan langsung panen. Jadi, arus perputaran uangnya cepat," kata Glenn kepada CNBC Indonesia, Senin (25/1/2022).

Langkah petani itu dinilai tepat dan saat ini sudah kembali normal.

Pada saat bersamaan, pembatasan wilayah di dalam negeri dan negara di dunia akibat pandemi memicu terbatasnya impor pangan Indonesia. Juga, negara-negara pengekspor membatasi arus keluar barang demi menjaga stok dalam negerinya.

"Lalu, harga-harga komoditas juga naik. Dan, ini terlihat efek psikologisnya ke petani. Harga komoditas naik berarti ada uang berputar, efeknya harga di pasar jadi bagus (naik). Sementara di Indonesia itu kan konsumen nggak urus apa pemicu supply turun atau biaya petani naik. Yang penting apa yang terjadi di pasar. Nggak peduli biaya petani Rp10 ribu. Kalau maunya beli Rp5 ribu ya Rp5 ribu," ujar Glenn.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Hortikultura Anton Muslim Arbi mengatakan, sejumlah faktor memicu kenaikan harga pangan, termasuk hasil tanaman hortikultura di pasar.

"Tahun lalu musim hujan tinggi dan berkepanjangan, otomatis berpengaruh ke produksi. Cabai, tomat, bawang membusuk. Sementara itu, pemerintah melakukan pengetatan pembatasan yang berdampak pada transportasi hasil pertanian dari daerah produsen ke pasar. Karena pergerakan barang juga jadi terbatas akibat PPKM, banyak hasil pertanian rusak. Dan ini berdampak ke harga," kata Anton kepada CNBC Indonesia, Senin (25/1/2022).

Karena itu, ujar dia, dibutuhkan evaluasi menyeluruh agar pemerintah memiliki langkah strategis mengatasi lonjakan harga pangan. Termasuk, dengan memberdayakan dan memperkuat peran Bulog mengelola buffer stock pangan nasional.

"Dengan begitu, aksi spekulan bisa dicegah. Juga, jangan lagi terjadi ketika panen melimpah, harga di petani anjlok. Kan merugikan petani. Pemerintah harus memikirkan strategi besar," ujarnya.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pak Jokowi, Harga Benih Juga Bakal Naik Gegara Pupuk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular