Bukan Covid, Ini Tantangan Terberat Pertanian di 2022
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan sektor pertanian di tahun 2022 ini masih akan menemui tantangan berat. Namun, Ia tidak menyinggung Covid sebagai tantangan utama, melainkan perubahan iklim.
"Menghadapi 2022, tantangan paling berat menurut kami yang harus kami persiapkan adaptasi dan mitigasi adalah climate change dan tantangan-tangan ekstrim, cuaca yang menurut secara global akan tak terduga akan menghantam seluruh dunia," katanya dalam rapat dengan Komisi IV DPR RI, Senin (24/1/22).
Masalah perubahan iklim memang tengah menjadi tantangan serius bagi banyak negara di seluruh dunia. Masalah ini juga menjadi alasan untuk menambah anggaran di Kementeriannya. Ia menyoroti anggaran pemerintah untuk penelitian dan pengembangan (litbang) menjaga produksi padi nasional terus menurun, kini hanya sekitar Rp1,74 triliun, padahal anggarannya sekitar Rp5 triliun pada lima tahun yang lalu.
"Kami sudah menyampaikan ke Bapak Presiden bahwa relaksasi dalam mengalihkan Litbang menjadi sangat penting. Kita tidak boleh berspekulasi menghadapi perubahan iklim yang ada dimana di tengah-tengah kondisi ekonomi global juga terkontraksi, nggak jelas, nggak pasti, jadi itu yang kami laporkan di forum ini bahwa masalah litbang harus menjadi perhatian serius bagi kami," sebut SYL.
Ia beralasan bahwa negara lain pun meningkatkan anggarannya di tengah situasi tidak menentu akibat pandemi Covid-19, salah satunya Jepang. Negara tersebut dan banyak negara lain juga menghadapi ancaman serupa, yakni cuaca ekstrim.
"Cuaca akan menjadi bagian-bagian yang sangat menjadi hambatan luar biasa pada produktivitas kita. Cuaca ekstrim itu membuat pertanian kemungkinan aja akan terdampak tidak linear unpredictable bahkan uncontinuous," jelas Syahrul.
(dce/dce)