Bukan Covid, Ini Tantangan Terberat Pertanian di 2022

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
24 January 2022 17:55
Suasana luas area lahan pertanian di Kecamatan Cibarusah yang mengalami kekeriangan akibat musim kemarau, Desa Ridogalih, Cibarusa, Jawa Barat. Dikutip berita Cikarang.com Camat Cibarusah, Enop Can mengatakan saat ini terdapat kurang lebih 50 hektar lahan pertanian yang ada di wilayahnya mengalami kekeringan. Lahan pertanian itu tersebar di 3 desa, yakni Ridogalih, Ridomanah dan Sirnajati. berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi per tanggal 15 Juni 2019, dari total 22.174 hektare lahan pertanian yang tersebar di 23 kecamatan di Kabupaten Bekasi, sebanyak 791 hektar telah dilanda kekeringan. Kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bekasi terjadi di 3 kecamatan yakni Bojongmangu 716 hektar, Sukatani 47 hektar dan Cibarusah 28 hektar. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Suasana lahan pertanian yang mengalami kekeriangan akibat musim kemarau, Desa Ridogalih di Kecamatan Cibarusah, Jawa Barat, Senin (8/7/2019). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan sektor pertanian di tahun 2022 ini masih akan menemui tantangan berat. Namun, Ia tidak menyinggung Covid sebagai tantangan utama, melainkan perubahan iklim.

"Menghadapi 2022, tantangan paling berat menurut kami yang harus kami persiapkan adaptasi dan mitigasi adalah climate change dan tantangan-tangan ekstrim, cuaca yang menurut secara global akan tak terduga akan menghantam seluruh dunia," katanya dalam rapat dengan Komisi IV DPR RI, Senin (24/1/22).

Masalah perubahan iklim memang tengah menjadi tantangan serius bagi banyak negara di seluruh dunia. Masalah ini juga menjadi alasan untuk menambah anggaran di Kementeriannya. Ia menyoroti anggaran pemerintah untuk penelitian dan pengembangan (litbang) menjaga produksi padi nasional terus menurun, kini hanya sekitar Rp1,74 triliun, padahal anggarannya sekitar Rp5 triliun pada lima tahun yang lalu.

"Kami sudah menyampaikan ke Bapak Presiden bahwa relaksasi dalam mengalihkan Litbang menjadi sangat penting. Kita tidak boleh berspekulasi menghadapi perubahan iklim yang ada dimana di tengah-tengah kondisi ekonomi global juga terkontraksi, nggak jelas, nggak pasti, jadi itu yang kami laporkan di forum ini bahwa masalah litbang harus menjadi perhatian serius bagi kami," sebut SYL.

Suasana pasar pasar Induk Keramat Jati,  Jakarta Timur,  Selasa (13/2/2018). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Suasana pasar pasar Induk Keramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (13/2/2018). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Ia beralasan bahwa negara lain pun meningkatkan anggarannya di tengah situasi tidak menentu akibat pandemi Covid-19, salah satunya Jepang. Negara tersebut dan banyak negara lain juga menghadapi ancaman serupa, yakni cuaca ekstrim.

"Cuaca akan menjadi bagian-bagian yang sangat menjadi hambatan luar biasa pada produktivitas kita. Cuaca ekstrim itu membuat pertanian kemungkinan aja akan terdampak tidak linear unpredictable bahkan uncontinuous," jelas Syahrul.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menteri Jokowi Ini Pede Swasembada Pangan Lampaui Era Suharto

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular