
Ramai-ramai Warga Asing Tinggalkan Hong Kong, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang arus ekspatriat yang meninggalkan Hong Kong semakin banyak. Hal ini dikarenakan aturan masuk yang sangat ketat pasca pandemi Covid-19.
Dalam laporan terbaru Reuters, seorang ekspatriat asal Australia, Tania Sibree, menyebut situasi semacam ini telah mengancam posisi Hong Kong sebagai pusat keuangan dan ekonomi dunia. Pengacara keuangan itu mengatakan bahwa yang meninggalkan Hong Kong kebanyakan merupakan profesional yang sangat penting dalam sektor keuangan.
"Karantina hotel membuatnya sangat sulit bagi orang untuk bepergian dan itu adalah insentif besar untuk berada di Hong Kong, dekat dengan rumah dan orang tua saya. Tetapi Anda tidak bisa melakukan itu selama itu di karantina hotel dengan anak-anak," katanya dikutip Senin, (24/1/2022).
"Semua orang berpikir pembatasan akan dicabut, itu akan menjadi lebih baik dan itu tidak akan berlangsung lama."
Hal yang sama juga diutarakan seorang bankir pasar modal. Dalam situasi anonim, ia mengatakan saat ini banyak perusahaan keuangan yang tadinya memusatkan basis Asia-nya di Hong Kong mengalihkan operasinya ke Singapura.
"Sebagai seorang bankir sekarang, Anda jauh lebih baik tinggal di Singapura. Anda bisa bepergian, dan sekali atau dua kali setahun Anda bisa menggigit peluru dan datang ke Hong Kong dan melakukan karantina jika perlu," ujarnya.
Hong Kong sendiri sejauh ini hanya memiliki 13 ribu kasus Covid-19 sejak virus itu pertama kali ditemukan di teritorinya. Namun, sebagai bagian dari kedaulatan China, wilayah otonomi itu masih diwajibkan untuk menerapkan strategi 'nol-Covid' ala Beijing yang ketat.
Dengan masih adanya aturan ini, Kamar Dagang Amerika Serikat (AS) di wilayah itu menyebut bahwa gelombang kepergian ekspatriat masih mungkin akan terjadi. Dalam survei terbaru mereka, 40% ekspatriat di Hong Kong disebut-sebut telah berniat meninggalkan wilayah itu.
Ini dikhawatirkan dapat menyebabkan defisit profesional di wilayah bekas jajahan Inggris itu.
"Untuk sektor kekayaan dan manajemen aset yang tumbuh paling cepat, ada kekurangan pasokan bakat yang terlatih. Jika pembatasan perjalanan yang kejam berlanjut untuk periode yang tidak ditentukan dan panjang, masalah bakat akan menjadi semakin serius," kata Presiden Kamar Dagang AS di Hong Kong, Tara Joseph.
Sementara itu, di sisi lain, pemerintah Hong Kong menegaskan prioritas utamanya saat ini adalah memerangi virus corona. Selain itu, ketika ditanyai mengenai defisit profesional, pihak pemerintahan pimpinan Kepala Eksekutif Carrie Lam itu menuturkan bahwa pihaknya masih terus melakukan investasi untuk pengembangan profesional baru.
"Pemerintah akan terus mempromosikan pengembangan diversifikasi di sektor keuangan, mendorong bakat lokal dan menarik bakat asing dalam berbagai aspek untuk dikaitkan dengan pembangunan jangka panjang ekonomi Hong Kong," kata seorang juru bicara pemerintah.
(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hong Kong 'PPKM' Ketat Mulai Besok, Covid Kembali Menggila?