Besar Banget! Jokowi: Potensi Energi Hijau RI Capai 418 Giga

Pratama Guitarra, CNBC Indonesia
Senin, 17/01/2022 18:20 WIB
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam akun resmi instagramnya menyinggung potensi energi hijau dalam hal ini Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Indonesia. Jokowi mencatat bahwa Indonesia memiliki potensi sebesar 418 Giga Watt (GW).

"Potensi energi baru terbarukan kita 418 Giga Watt. Besar sekali," terang Jokowi, dikutip dalam akun Instagramnya, Senin (17/1/2022).

Dengan potensi kapasitas sebesar itu, Jokowi melihat potensi itu bisa dikembangkan melalui 4.400 sungai yang ada di Indonesia melalui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Hydro (Hydropower).


Selain itu, kata Jokowi, Indonesia juga memiliki potensi arus bawah laut yang besar. Bahkan, dua pertiga wilayah Indonesia merupakan laut.

"Kita memiliki potensi geothermal 29 ribu Mega Watt, baru dipakai 2.000 Mega Watt. Masih ada 27 ribu Mega Watt. Kita memiliki energi angin, dan sudah kita coba di Jeneponto dan Sidrap, Sulawesi Selatan, dan di Sukabumi, Jawa Barat," ungkap Jokowi.

Semua potensi itu, kata Jokowi, menunggu sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul, yang akan membawa Indonesia mampu bersaing.

Sementara itu, berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), capaian

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan, bahwa capaian bauran energi baru terbarukan pada 2021 hanya mencapai 11,5%.

Sementara pemerintah memiliki target bauran EBT pada 2025 mencapai 23%. Mungkinkah bisa terwujud?

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana capaian EBT pada 2021 tersebut setara dengan 151,6 jua barrel oil equivalent.

Dari sisi penambahan kapasitas terpasang untuk pembangkit listrik EBT untuk PLTS atap termasuk yang on-grid angkanya adalah 654,76 mega watt (MW) dari target 854,78 MW. Jadi, realisasi yang tercapai adalah 77%.

Dadan mengungkapkan, capaian EBT yang belum memenuhi target karena pada 2021, sektor energi menjadi salah satu sektor yang terdampak dari pandemi Covid-19.

"Yang membuat beberapa proyek masih delay dan tidak terjadi CO2 di 2021. Untuk panas bumi juga demikian dan PLTA juga seperti itu," ujar Dadan dalam konferensi pers, Senin (17/1/2022).

Diketahui, capaian EBT pada 2021 tersebut, kata Dadan juga masih di bawah target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), di mana target EBT pada 2025 harus mencapai 23% dan 31% pada 2030.

"Ini persentasenya masih di bawah target RUEN, karena realitasnya kebutuhan energinya tidak setinggi dalam RUEN," tuturnya.

Dadan belum bisa memastikan apakah bauran energi 23% pada 2025 bisa terealisasi atau tidak. Secara terang, kuncinya adalah mengerjakannya di tahun ini. Dan akan melihat lagi apakah masih ada proyek yang terhambat atau tidak.

Kendati demikian, pihaknya masih optimistis bahwa bauran EBT khusus listrik sebesar 12,48% bisa tercapai.

"Kalau banyak delay-nya bisa kita lihat 2025 bisa tercapai atau tidak. Masih optimistis khusus listrik bisa tercapai 12,48%. Untuk biofuel sudah terlewati, tapi untuk bensin belum ada pemanfaatannya dari sisi EBT," jelas Dadan.

Adapun, Dadan menjelaskan di 2022 tidak ada target yang secara eksplisit diterbitkan oleh Kementerian ESDM khususnya untuk yang porsi EBT. Hanya saja, berdasarkan RUEN, pada tahun ini porsi bauran EBT ditargetkan sebesar 15,7%.

"Targetnya adalah 366 barrel oil equivalent. Ini yang ada di dalam RUEN dengan target bauran EBT-nya adalah 15,7%. Kita tahu tadi saya sampaikan capaian bauran energi primer yang dari EBT untuk tahun 2021 adalah 11,5%," tuturnya.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Presiden Prabowo Subianto Resmikan Proyek EBT Senilai Rp 25 T