Pengusaha Waswas Gelombang Tiga Ada PPKM Darurat

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
17 January 2022 11:45
Warga kelurahan Krukut mengikuti uji test Swab Covid-19 di Kawasan RT yang terkena Covid-19 Kelurahan Kerukut, Tamansari, Jakarta, Senin (10/1/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Warga kelurahan Krukut mengikuti uji test Swab Covid-19 di Kawasan RT yang terkena Covid-19 Kelurahan Kerukut, Tamansari, Jakarta, Senin (10/1/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta CNBC Indonesia - Pemerintah memprediksi adanya lonjakan kasus Covid - 19 pada pertengahan Ferbuari dan awal Maret karena varian Omicron. Pengusaha was-was ada langkah pengetatan aturan seperti PPKM Darurat.

"Kalau ada penerapan kebijakan PPKM semua lalu semua stagnan dan seperti PPKM Darurat mudah mudahan tidak seperti itu. Melihat dekat dengan momentum Idul Fitri, dimana ada perputaran uang yang besar," kata Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang, Senin (17/1/2022).

Sehingga pemerintah harus merencanakan skenario yang tidak merugikan pengusaha juga menahan laju penularan Covid-19.

"Harus ada skenario sejak awal untuk penerapan PPKM, kebijakan disesuaikan kondisi yang ada. Gimana tidak menggangu ekonomi kita," terangnya.

Dari sisi pengusaha akan terus meningkatkan protokol kesehatan baik dari Industri maupun perkantoran. Dimana karyawan didorong untuk melakukan vaksinasi dosis kedua, hingga booster. Selain itu sampai saat ini juga belum ada rencana efisiensi yang akan dilakukan pemerintah.

"Belum ada efisiensi masih menunggu keadaan," jelasnya.

Pemerintah membatasi pergerakan masyarakat yang belum tervaksin dua dosis namun, sampai saat ini pengusaha masih percaya diri (pede) penanganan akan lebih baik, sehingga tidak mempengaruhi perekonomian.

"Kita masih pede dengan jumlah warga di vaksin dosis dua kali cukup memadai itu cukup tinggi juga ada program booster. Ada momentum lebaran ini harusnya bisa meningkatkan perekonomian juga," jelasnya.

Sebelumnya, Pemerintah memprediksi puncak kasus Omicron di Indonesia terjadi pada pertengahan Februari sampai awal Maret 2022. Masyarakat diminta untuk tidak panik.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan perkiraan itu berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah negara, dimana dicapai secara cepat dan waktunya berkisar antara 35 - 65 hari.

"Indonesia pertama kali teridentifikasi Omicron pada pertengahan Desember, tapi kasus kita mulai naik di awal Januari. Nah antara 35 - 65 hari akan terjadi kenaikan yang cukup cepat dan tinggi. Itu memang harus dipersiapkan oleh masyarakat," kata Budi Gunadi dalam keterangan Sekretaris Kabinet RI, Senin (17/1/2022).

Mengutip data Satgas Covid-19, tingkat vaksinasi dosis kedua sudah mencapai 57% populasi di Indonesia, sementara untuk dosis pertama sudah mencapai 84%.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas! Varian Baru Covid dari China Sudah Sampai Malaysia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular